Pidato Donald Trump di Sidang Umum PBB: Pamer Prestasi AS hingga Kritik Eropa
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan pidato selama hampir satu jam dalam sesi Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di New York, pada Selasa (23/9) waktu setempat.
Dalam pidatonya, Trump berulang kali melontarkan kritik terhadap dewan dunia tersebut. Ia mengejek kondisi gedung markas besar PBB, mempertanyakan tujuan utama organisasi tersebut, menyombongkan prestasinya sendiri, hingga menyebut konsep perubahan iklim sebagai penipuan atau scam.
Berikut uraian singkat sejumlah momen pidato Trump:
Teleprompter yang bermasalah
Trump membuka pidatonya dengan candaan soal teleprompter (layar baca) yang sempat bermasalah. “Siapa pun yang mengoperasikan teleprompter ini berada dalam masalah besar,” ujarnya.
Ia mengatakan tidak keberatan menyampaikan pidato tanpa teleprompter karena kendala teknis yang terjadi.
“Saya merasa sangat senang berada di sini bersama Anda, dan dengan begitu, Anda berbicara lebih tulus. Saya hanya bisa mengatakan bahwa siapa pun yang mengoperasikan teleprompter ini berada dalam masalah besar.
Sindir Renovasi Gedung PBB
Trump melanjutkan sindirannya kepada PBB dengan menyebut renovasi gedung sebagai aksi nyata pemborosan anggaran global. Politisi Partai Republik itu menyebut proyek renovasi gedung PBB itu menjadi metafora tentang bagaimana dunia dikelola.
Dia menyebut banyak kebijakan global yang justru memboroskan sumber daya tanpa menghasilkan solusi nyata.
“Lihat saja proyek pembangunan, bantuan luar negeri, bahkan program energi hijau yang salah kelola. Sama seperti renovasi gedung ini mahal, tidak efisien, dan gagal,” kata Trump.
Trump mengatakan pernah menawarkan diri untuk merenovasi gedung PBB dengan biaya lebih rendah. Namun, ia mengklaim mendapat penolakan dari pihak PBB yang memilih kontraktor lain.
“Saya bilang bisa melakukannya dengan biaya sepertiga dari yang mereka keluarkan. Tapi apa yang terjadi? Mereka menolak, memilih kontraktor lain, dan hasilnya proyek boros, penuh korupsi, dan jauh dari efisiensi,” ujarnya.
Kritik terhadap Eropa dan Energi Hijau
Dalam pidatonya, Trump juga menyindir negara-negara Eropa yang dianggap terburu-buru mengurangi penggunaan energi fosil. Dia menyebut energi terbarukan seperti angin dan surya sebagai bagian dari penipuan energi hijau yang justru lebih mahal ketimbang energi fosil.
Trump mengaku kasihan kepada sejumlah negara Eropa yang menjadi korban penipuan dari kampanye energi terbarukan.
“Energi hijau adalah penipuan besar. Ini hanyalah cara untuk memperkaya Tiongkok dan melemahkan negara-negara Barat. Lihat Jerman, hampir hancur karena kebijakan energi hijau,” kata Trump.
Trump menilai ketergantungan Jerman pada energi dari Rusia menunjukkan kegagalan transisi hijau. Menurutnya, Jerman hampir bangkrut akibat energi hijau dan menyarankan negara itu untuk kembali menggunakan batu bara sebagai bahan baku utama produksi listriknya. “Itulah fakta, dan dunia harus belajar dari kesalahan Jerman,” ujarnya.
Mengklaim AS Memasuki Masa Keemasan
Trump juga menyatakan AS saat ini berada pada masa kejayaan. Ia menyebut negaranya sebagai ‘the hottest country in the world’ alias negara paling ‘panas’ di dunia.
Dia memaparkan berbagai pencapaian AS saat ini mulai dari meningkatnya investasi, inflasi yang rendah, harga bensin yang stabil, hingga perjanjian dagang yang dianggapnya bersejarah setelah diberlakukannya tarif dagang global secara besar-besaran.
Trump turut menyoroti kebijakan AS yang memberlakukan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara mitra dagangnya. Ia menyebut kebijakan itu sebabagi instrumen untuk melindungi kedaulatan dan keamanan nasional. Dia menuding sejumlah negara melanggar aturan perdagangan global dan merugikan negara lain yang taat aturan.
Menolak Mengakui Negara Palestina
Dalam sidang umum PBB, Trump menganggap sikap pengakuan terhadap negara Palestina saat ini serupa dengan memberikan dukungan bagi aksi terorisme.
Ia menilai pengakuan terhadap Palestina saat ini sebagai bentuk pembenaran atau dukungan terhadap kelompok-kelompok militan seperti Hamas yang ia pandang sebagai organisasi teroris.
“Memberi pengakuan sekarang berarti memberi hadiah kepada para pembunuh. Dunia tidak boleh melakukan itu,” kata Trump.
Politisi Partai Republik itu juga menyebut Hamas sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas kegagalan tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza.
“Mereka menolak semua upaya damai dan menolak membebaskan sandera. Itu bukan perjuangan, itu terorisme,” ujarnya.