Rizal Mallarangeng: Indonesia Berpeluang Jadi Penyeimbang Kekuatan Cina vs AS
Pengamat Politik Rizal Mallarangeng menyoroti tantangan Presiden Prabowo Subianto dalam menerjemahkan politik bebas aktif ke dalam situasi dunia yang multipolar saat ini. Ia menilai Indonesia di bawah Prabowo berpeluang memainkan peran strategis sebagai penyeimbang kekuatan besar di tengah ketidakpastian tatanan dunia sekaran ini.
Rizal menyebut rivalitas global saat ini bukan hanya melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Cina, tetapi juga diwarnai kebangkitan kekuatan baru seperti India, Brasil, Turki, dan Indonesia. Ia mengutip istilah pakar politik internasional Fareed Zakaria yang menyebut fenomena ini dengan istilah ‘the rest’ atau bangkitnya negara-negara non-Barat.
Di sisi lain, Indonesia juga kini dianggap memiliki peluang menjadi kekuatan penting bersama negara-negara seperti Turki, Brasil, dan India di tengah rivalitas AS dan Cina.
“Yang jelas pelakunya berganti, kalau dulu Uni Soviet dengan AS, sekarang AS dengan Cina. Tapi juga bukan hanya mereka, ini bedanya. Multipolar itu artinya ada Indonesia, Turki, Brasil, India,” kata Rizal saat menjadi pembicara di Katadata Policy Dialogue bertajuk Presiden Prabowo di Panggung PBB: Apa Pentingnya? yang digelar di Kantor Katadata, Blok M, Jakarta Selatan pada Rabu (24/9).
Rizal menegaskan perintah konstitusi Indonesia untuk menjalankan politik bebas aktif tetap relevan hingga saat ini. Namun, ujar Rizal, perlu adanya tafsiran lanjutan dan penerapan yang berbeda dibanding ketika blok kekuatan dunia hanya terbagi dua sejak era 1950-an. “Bukan lagi non-blok, kalau kita mau bicara jujur sekarang kita harus multi blok, sesuai dengan multipolarity,” ujarnya.
Rizal menilai kehadiran Prabowo di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada 23 September lalu menjadi momentum untuk menegaskan posisi Indonesia dalam tatanan global yang kian berlapis. “Ini soal bagaimana posisi negara kita di dunia yang terus berubah ini,” ujarnya.