Selain Indonesia dan Spanyol, Nissan Tutup Pabrik di Korea Selatan

ANTARA FOTO/REUTERS/Lee Smith/aww/cf
Lee Smith Seorang karyawan bekerja di pabrik Nissan saat Nissan memproduksi visor untuk NHS, di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Sunderland, Britain, Selasa (21/4/2020).
Penulis: Pingit Aria
1/6/2020, 06.00 WIB

Nissan Motor Co. Ltd, telah menyatakan bakal menutup pabrik perakitan mereka di Indonesia. Produsen otomotif terbesar kedua di Jepang itu akan menjadikan Thailand sebagai basis produksi tunggalnya di Asia Tenggara.

Selain di Indonesia, Nissan juga menutup pabrik perakitan di Barcelona, Spanyol. Selanjutnya, pabrik Nissan di Sunderland, Inggris, akan menjadi basis produksi untuk Eropa.

Tak hanya itu, Nissan juga akan menghentikan kegiatan operasionalnya dari Korea Selatan pada Desember 2020. Penyebabnya, penjualan yang lemah yang disebabkan oleh sentimen anti-Jepang dan wabah Covid-19.

"Perusahaan telah mencapai kesimpulan bahwa sulit untuk mendapatkan kembali struktur pertumbuhan yang berkelanjutan di Korea Selatan karena memburuknya lingkungan bisnis di dalam dan luar negeri meskipun ada upaya untuk menjaga operasi di sini," demikian pernyataan perusahaan dikutip dari Yonhap.

(Baca: Susul Honda, Nissan Tutup Pabrik di Indonesia Akibat Corona)

Nissan akan terus menawarkan layanan purna jual untuk pemilik model Korsel dan Infiniti Korea Selatan selama delapan tahun hingga 2028.

Sebelumnya, Nissan mengalami kerugian bersih 671,2 miliar yen (US$ 6,2 miliar) pada tahun fiskal 2019. Ini adalah pertama kalinya bagi Nissan untuk melaporkan rugi bersih dalam 11 tahun sejak kerugiannya pada 2008 ketika industri besar terkena dampak krisis keuangan.

Di Korea Selatan, pada periode Januari-April, penjualan merek Nissan turun 41% menjadi 813 kendaraan dari 1.384 unit setahun sebelumnya. Penjualan merek Infiniti pun menurun 79% menjadi 159 dari 759 selama periode yang sama.

Lima merek Jepang tersedia di pasar kendaraan penumpang Korea, yaitu Toyota Motor Corp dan merek mewahnya Lexus, Honda Motor Co, dan Nissan, serta merek premiumnya, Infiniti.

Kelima merek tersebut menjual 5.636 mobil gabungan dalam empat bulan pertama, turun 59% dari 13.737 setahun sebelumnya karena penjualan yang lemah di tengah sentimen terhadap produk-produk Jepang dan kekhawatiran akan virus corona.

Sentimen itu dipicu oleh sejumlah kebijakan perdagangan yang dirilis oleh Jepang. Pada Juli lalu, Jepang memperketat peraturan tentang ekspor ke Korea Selatan dari tiga bahan teknologi tinggi yang penting untuk produksi semikonduktor dan display.

(Baca: Sektor Retail, Otomotif & Manufaktur Jepang Anjlok Diterjang Pandemi)

Pada bulan Agustus, Jepang juga mengeluarkan Korea Selatan dari daftar negaranya yang diberi perlakuan istimewa dalam prosedur perdagangan.

Secara global, Nissan akan memangkas biaya tetap sebesar 300 miliar yen atau sekitar Rp 41,17 triliun. Kapasitas produksinya pun akan diturunkan hingga 20% menjadi 5,4 juta unit kendaraan per tahun. Ke depan, Nissan akan memfokuskan bisnis inti untuk pasar Jepang, China, dan Amerika Utara.

Reporter: Antara