Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim harga pakan ternak sudah berangsur turun sejak bulan lalu. Penurunan harga pakan ternak dipengaruhi turunnya harga jagung yang memasuki panen raya pada Februari-Maret. Penurunan harga pakan akan berimbas pada turunnya harga ternak.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita mengatakan penurunan harga terlihat berdasarkan laporan dari beberapa pabrik pakan yang diterima Kementan. Harga pakan ayam broiler turun Rp 100-300 per kilogram (kg), dan pakan ayam layer turun Rp 150-300 per kg. Sementara, harga pakan broiler saat ini berada di kisaran Rp 6.700-7.300 per kg dan pakan layer di kisaran Rp 5.200-6.200 per kg.
Tingginya harga ternak, seperti unggas dan daging sapi disebabkan mahalnya harga pakan. Dia mengatakan salah satu solusi dalam menangani masalah tingginya harga kebutuhan pangan ini adalah dengan memastikan ketersediaan pakan ternak, utamanya jagung pada harga yang wajar.
(Baca: Pengusaha Pakan Ternak Bantah Klaim Pemerintah soal Harga Jagung Turun)
Menurut Ketut, pakan sangat mempengaruhi efisiensi dalam budidaya ternak. Pasalnya, biaya budidaya ternak menempati porsi terbesar dari total biaya produksi yaitu 70-80 persen. “Jadi, pakan yang disediakan harus baik kualitasnya, cukup jumlahnya, dan harganya terjangkau,” katanya dalam keterangan resmi Kementan, Rabu (20/3).
Selain itu, pemerintah terus menjembatani hasil panen jagung petani agar diserap oleh peternak. Alasannya, jagung untuk bahan pakan ternak merupakan komponen terbesar yang dibutuhkan pabrik pakan skala besar, peternak ayam mandiri (self mixing), dan pabrik pakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM), termasuk pabrik pakan milik koperasi susu.
Untuk menjamin pakan ternak memenuhi standar mutu dan keamanan, Menteri Pertanian telah menerbitkan keputusan No. 240/Kpts/OT.210/4/2013 tentang Pedoman Cara Pembuatan Pakan yang Baik (CPPB). Pedoman ini menjadi acuan bagi perorangan atau produsen yang akan melakukan kegiatan pembuatan pakan. Pemerintah akan terus mengawasi proses pembuatan pakan menyeluruh sebagai suatu sistem manajemen mutu.
Adapun parameter penilaian CPPB meliputi bahan pakan, lokasi, bangunan, personalia, higienis dan sanitasi, produksi pakan, pengawasan mutu, serta tata cara pengawasan dan pelayanan prima. “Penilaian CPPB sudah dimulai sejak 2014 pada 68 pabrik pakan dan ada 52 pabrik pakan dinyatakan lulus,” kata Ketut.
(Baca: Pemerintah Klaim Tekan 3,4 Juta Ton Impor Jagung dalam Empat Tahun)
Selanjutnya, labelisasi dan peredaran pakan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 22/Permentan/PK.110/6/2017 tentang pendaftaran dan peredaran pakan. Kebijakan tersebut bertujuan agar pakan yang beredar sudah memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP).
Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto menyampaikan harapannya mengenai kontinuitas pasokan jagung terutama saat musim kemarau. “Itu untuk menjamin tidak terjadi penurunan stok jagung yang berpotensi mempengaruhi fluktuasi harga pakan,” kata Desianto.
Berdasarkan perhitungan, produksi pakan GPMT tahun 2018 sebesar 19.4 juta ton sehingga dibutuhkan jagung 7, 8 juta ton. Sementara, kebutuhan jagung peternak self mixing sekitar 3 juta atau rata-rata 250 ribu ton per bulan. Perkiraan kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak pada tahun 2019 untuk GPMT adalah 8.28 juta ton. Sedangkan, untuk peternak mandiri sebesar 2,92 juta ton. Total kebutuhan sebesar 11,2 juta ton atau rata-rata 925 ribu ton per bulan.