Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, sejumlah komoditas yang rentan mengalami lonjakan harga pada Natal dan Tahun Baru 2019, yaitu cabai rawit, daging sapi, daging ayam, dan telur.
Agung Hendriadi selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menuturkan, informasi tersebut diperoleh dari kajian pada penjualan barang pokok saat Natal dan tahun baru di 18 kota besar dari 12 provinsi.
"(Kajian) itu digunakan sebagai perencanaan ketersediaan pemerintah," kata Agung, di Jakarta, Jumat (16/11). (Baca juga Telaah: Bahaya Kemarau Panjang yang Mengancam Produksi Pangan)
Terdapat sebelas komoditas yang menjadi kajian Kementerian Pertanian ketika menjelang hari besar. Produk yang dimaksud ialah beras, kacang tanah, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng.
Terdapat beberapa komoditas yang peningkatan penjualan berada di atas 5%, yaitu cabai, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam ras. Namun, pemerintah mengaku sudah siap dengan lonjakan permintaan sehingga harga tidak akan ikut melonjak tinggi.
Agung berpendapat, kenaikan konsumsi hanya pada beberapa komoditas sehingga kenaikan harga tak berdampak besar. Peningkatan harga ini juga hanya terjadi pada hari raya kemudian kembali normal. "Harganya hanya berselang sehari sampai dua hari saja," ujarnya.
Meskipun demikian, Kementan tak memberikan data perhitungan ketersediaan komoditas yang permintaannya bakal naik pada Natal dan tahun baru. Agung menegaskan, bakal terus melakukan pengawasan terhadap perkembangan harga jelang akhir tahun ini.
(Baca juga: Bank Dunia: Tiap Harga Beras Naik 10%, Orang Miskin Bertambah 1,2 Juta)
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan sebesar 0,28% pada Oktober 2018, berbalik dari kondisi deflasi dua bulan berturut-turut. Penyumbang utama inflasi adalah cabai merah, bahan bakar minyak (BBM), dan tarif sewa rumah.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan inflasi sepanjang Januari-Oktober (year to date) sebesar 2,22%, sedangkan secara tahunan (year on year) sebesar 3,16%. “Penyebab utamanya adalah kenaikan cabai merah, bensin, dan tarif sewa rumah," katanya, awal November 2018.
Andil inflasi cabai merah sebesar 0,09%, tarif sewa rumah 0,03%, tarif kontrak rumah 0,01%, dan kenaikan bensin non-subsidi seperti Pertamax, dan Pertamax Turbo sebesar 0,06%. Selain itu, ada sumbangsih kenaikan harga emas dan perhiasan masing-masing 0,03%.
Walaupun begitu, Suhariyanto menyebut bahwa terjadi penurunan harga yang mengakibatkan deflasi seperti telur ayam ras -0,03%, bawang merah -0,02%, serta sayur dan buah -0,01%. "Harga bahan pangan masih relatif stabil," ujarnya. (Baca juga: BI Revisi Proyeksi Inflasi Tahun Ini Lebih Rendah Jadi 3,2%)
Presentase Peningkatan Penjualan
Komoditas | Natal | Tahun Baru |
Beras | 1% | 1% |
Kacang Tanah | 4,5% | 5,5% |
Cabai Merah | 8% | 6% |
Cabai Rawit | 6,5% | 10,5% |
Bawang Merah | 3% | 1% |
Bawang Putih | 1,5% | 0,5% |
Daging Sapi | 2% | 18,5% |
Daging Ayam | 5,5% | 21,5% |
Telur Ayam | 13,5% | 6,5% |
Gula Pasir | 3% | 1% |
Minyak Goreng | 1% | 8,5% |
Sumber: BKP - Kementerian Pertanian