Didukung Faktor Cuaca, Produksi Gula Nasional Diproyeksi 2,25 Juta Ton

ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Para pekerja menata gula hasil penyerapan di Gudang Bulog Divre Jatim, Sidoarjo, Jawa Timur, 20 April 2017.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
5/6/2018, 19.03 WIB

Pemerintah memperkirakan produksi gula nasional hingga akhir tahun bisa mencapai 2,25 juta ton. Angka itu ditetapkan seiring dengan kondisi cuaca sepanjang semester kedua yang diprediksi membaik beserta program pengembangan areal tebu pemerintah seluas 11 ribu hektare.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menuturkan, peningkatan produksi gula sudah mulai terlihat sejak panen raya yang dimulai pada Mei 2018. Meski jumlahnya tidak banyak, namun terjadi kenaikan dibandingkan produksi gula pada 2017 sebesar 2,1 juta ton. “Pada penggilingan pertama hasilnya meningkat tinggi dan lebih baik,” kata Bambang di Jakarta, Selasa (5/6).

Sementara terkait pengembangan areal lahan, Bambang juga mengungkapkan pemerintah telah mengalokasikan sebagian dana dari pagu anggaran Kementerian Pertanian senilai total  Rp 23,8 triliun. Meskipun begitu, dia mengakui bahwa terjadi pengurangan luasan area lahan tahun ini dari 20 ribu hektare menjadi sekitar 11 ribu hektare.

(Baca :  Menteri Darmin Tolak Usul Kementan Revisi Harga Gula Petani)

Menurutnya, pengurangan itu sejalan dengan rencana pemerintah tahun ini yang akan berfokus pada produksi rempah-rempahan. Meski begitu peningkatan bakal kembali dilakukan pada tahun depan menjadi seluas 20 ribu hektare.

Selain itu, Bambang juga menghimbau agar  realisasi  impor  gula kristal putih sebesar 1,1 juta ton sebaiknya tidak ditambah. “Produksi nasional sudah cukup dan kami terus mengupayakan peningkatan produksi,” ujarnya.

Ketua Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengungkapkan,  kondisi iklim yang bagus juga mesti didukung oleh kualitas pupuk dan benih yang baik untuk memaksimalkan hasil produksi. Pasalnya, rendemen dalam tebu yang dihasilkan lebih tinggi sehingga produktivitasnya lebih besar.

Soemitro pun berpesan pemerintah menjaga iklim usaha dan minat  petani dalam memproduksi tanaman tebu. Pasalnya iklim usaha yang mendukung, beserta harga jual komoditas lain yang lebih menguntungkan, dikhawatirkan bisa memicu  petani tebu menjadi enggan menanam komoditas tersebut dan beralih ke komoditas lain.

Atas dasar asumsi itu pula,  APTRI memproyeksikan produksi gula tahun ini hanya sekitar 2,2 juta ton atau sedikit di bawah proyeksi  pemerintah.

 Dia juga menyayangkan pemerintah yang menolak kenaikan harga pokok pembelian gula dan tetap menjalankan kebijakan impor gula konsumsi.

 “Pemerintah harus memperhatikan petani supaya tidak ketergantungan impor untuk menuju ketahanan pangan,” kata Soemitro.

(Baca Juga : Kementan Usulkan Kenaikan HPP Gula Menjadi Rp 10.500 per kg).

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan  menerbitkan Surat Perizinan Impor (SPI) gula mentah sebesar 635 ribu ton untuk tahap pertama. Izin yang dikeluarkan tersebut merupakan bagian dari rencana impor sebanyak 1,1 juta ton gula mentah yang dikeluarkan pemerintah sebagai upaya memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.

"Penerbitan izin impor 635 ribu ton telah diberikan kepada 8 perusahaan," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, beberapa waktu lalu.

Mengutip situs Inatrade Kementerian Perdagangan, dari delapan perusahaan importir gula, empat di antaranya yaitu Madubaru, Industri Gula Nusantara, Adikarya Gemilang, dan Kebun Tebu Mas. Sedangkan untuk realisasinya, Oke masih enggan menjelaskan secara detail.

Reporter: Michael Reily