Terimbas Rupiah dan Avtur, Garuda Akan Revisi Target Laba 2018

ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala Nugraha Mansury berpose usai memberikan keterangan kepada wartawan di kantor Garuda City Center, Tangerang, Banten, Rabu (12/4).
30/7/2018, 20.33 WIB

PT Garuda Indonesia berencana merevisi target kinerja keuangan 2018. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerbangan ini tengah mengkaji ulang kemungkinan mencatatkan laba pada tahun ini. Ini lantaran depresiasi rupiah dan kenaikan harga minyak masih menerpa kondisi keuangan maskapai nasional tersebut.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahal Mansury mengatakan awalnya Garuda menargetkan laba yang didapat perseroan mencapai US$ 8 juta hingga US$ 10 juta. Namun, kenaikan harga avtur mencapai 12% hingga semester I akan berpengaruh pada operasional perusahaan.

Biaya bahan bakar memiliki porsi 35% terhadap belanja operasional Garuda. Kenaikan harga avtur sebesar 12 persen akan membuat total pengeluaran perusahaan bertambah sekitar 4%. Kondisi tersebut akan semakin membebani keuangan Garuda tahun ini. (Baca: Menhub Akan Minta Pertamina Turunkan Harga Avtur)

"Jadi kami sedang proses review, satu atau dua bulan akan terlihat (prediksi untung ruginya)," kata Pahala saat konferensi pers di Jakarta, Senin (30/7).

Sepanjang semester I tahun ini Garuda telah berhasil menurunkan kerugiannya dari US$ 283,8 juta semester I tahun lalu, menjadi US$ 114 juta. Pahala mengatakan angka tersebut berasal dari pendapatan Garuda yang tumbuh 5,9 persen tengah tahun ini. Sedangkan pengeluaran perseroan dapat ditahan menjadi hanya 0,3 persen.

Pahala juga menjelaskan Garuda memaksimalkan beberapa langkah untuk bertahan di tengah pelemahan rupiah dan melonjaknya harga avtur. Garuda harus bisa meningikatkan pertumbuhan pendapatan, tidak hanya dari volume penumpang yang diangkut. 

Halaman: