Kementerian Perhubungan belum memberikan sanksi tegas pada Lion Air setelah insiden avtur tumpah di Bandara Juanda dan beberapa penundaan (delay) penerbangan. Pemerintah masih memberi waktu 2 bulan bagi maskapai berlambang singa merah ini untuk memperbaiki diri.
"Kalau lewat (dua bulan) akan ada sanksi yang bisa diberikan. Misalnya suspended," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Agus Santoso dalam konferensi perss di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (3/4).
Hari ini, Kementerian Perhubungan telah memanggil manajemen Lion Air untuk mengkonfirmasi soal insiden tumpahnya avtur di apron Bandara Juanda, Surabaya, Ahad (3/3) kemarin. Hanya saja, pemerintah masih akan melakukan investigasi apakah insiden itu terjadi akibat kesalahan pihak maskapai atau masalah teknis pada pesawat tipe Boeing 737-900.
(Baca juga: Serikat Pilot Tuding Lion Tak Bisa Kelola Pesawat)
Sementara, Direktur Operasional Lion Air Daniel Putut menyatakan komitmen untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan khususnya dari sisi internal perusahaan. Di antara perbaikan yang dijanjikannya adalah mengurangi delay dengan memperbaiki sistem pertukaran kru dan pengecekan teknis terhadap kualitas pesawat.
Selain itu, Lion Air juga akan mematuhi aturan Kementerian Perhubungan terkait rasio kru dalam satu pesawat yakni 1 banding 3,5. Artinya, dalam satu pesawat, pihak Lion Air minimal harus memiliki 3,5 tim kru (set). Terkait armada, Lion Air juga akan menambah jumlah pesawat cadangan di beberapa lokasi untuk mencegah delay akibat masalah teknis.
Sementara bagi konsumen yang menjadi korban delay, Lion Air juga berkomitmen untuk memperbaiki pelayanan pelanggan (customer care) di seluruh titik, terutama di Bandara. Tak hanya itu, Lion Air berjanji untuk mematuhi seluruh peraturan yang telah ditetapkan, terutama terkait dengan pemberian kompensasi terhadap penumpang atas penundaan penerbangan yang terjadi.
(Baca juga: Tak Disanksi, Kemenhub Cek Dua Sebab Penerbangan Telat Lion)
"Di luar itu, kami juga bekerja sama dengan pembuat pesawat untuk investigasi beberapa hal terkait tipe pesawat yang kami miliki. Kami ingin lebih intens dan komprehensif. Maka, akan melakukan meeting dengan Airbus dan Boeing setiap minggu terkait safety review," tutur Daniel.
Di pihak lain, Area Manager Communication and Relations Pertamina Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Heppy Wulansari menyatakan bahwa tumpahnya bahan bakar dari sayap pesawat merupakan kesalahan Lion Air. "Kami sudah melakukan prosedur sesuai standar yang berlaku, kami baru berani mengisi bahan bakar setelah pihak Lion Air menginfokan kalau semua sudah siap,” ujarnya.
(Baca juga: Beli 234 Pesawat Airbus, Bos Lion Air Dapat Penghargaan dari Prancis)