Dalam Debat Pilpres 2024 keempat, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyinggung penggunaan baterai lithium ferro-phosphate (LFP) untuk mobil listrik. Gibran menuding tim nomor urut 1, Anies-Muhaimin, mempromosikan LFP yang tidak menggunakan nikel. Padahal, Indonesia adalah produsen nikel terbesar dunia.
Kontroversi
Dalam sesi tanya-jawab, Gibran bertanya soal penggunaan baterai ini kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar. Dia bertanya apakah pasangan calon nomor urut 1 ini antinikel karena kerap menyinggung penggunaan baterai LFP yang tidak mengandung nikel sama sekali.
“Sering bicara LFP, Tesla nggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, Pak. Tesla pakai nikel, Pak. Indonesia itu punya cadangan nikel terbesar di dunia. Ini kekuatan kita, bargaining kita. Jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produk Cina,” kata Gibran dalam Debat Cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.
Anak presiden Joko Widodo (Jokowi) ini juga menyinggung Thomas Lembong, co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin sekaligus mantan Menteri Perdagangan di periode pertama pemerintahan Jokowi. Thomas diketahui sempat mengkritik eksplorasi nikel besar-besaran di Indonesia saat ini.
Dalam siniar Total Politik, pria yang akrab disapa Tom itu menjelaskan harga nikel dunia sudah jatuh 30% dalam 12 bulan terakhir. Stok nikel juga diprediksi mengalami surplus terbesar sepanjang sejarah pada tahun depan.
“Dengan begitu gencarnya dibangun smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel. Akhirnya harga jatuh, terjadi oversupply,” kata Tom.
Menurutnya, sikap Indonesia yang menghentikan ekspor nikel dan bersikap konfrontasi terhadap negara-negara Barat, menyebabkan mereka mencari alternatif nikel untuk baterai. Ini alasan di balik LFP semakin banyak digunakan untuk mobil listrik.
“100% dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt,” katanya.
Faktanya
Harga nikel memang terus turun dalam setahun terakhir, persis seperti pernyataan Tom Lembong. Menurut harga acuan mineral Kementerian ESDM, harga nikel anjlok hingga lebih 35% sepanjang 2023.
Pada Januari 2023, harga nikel tercatat sebesar US$27.482 per metrik ton kering (dry metric ton/dmt). Harga turun menjadi US$17.653 per dmt pada Desember 2023.
Meski turun signifikan, harga nikel ini masih lebih tinggi dari harga pada 1 Januari 2020, ketika pemerintahan Joko Widodo menerapkan larangan ekspor bijih nikel. Pada saat itu, harga nikel tercatat sebesar US$13.875,7 per dmt.
Stok Berlebih Nikel Dunia
Turunnya harga nikel tidak terlepas dari banyaknya stok yang ada di pasaran. International Nickel Study Group (INSG) memprediksi, surplus nikel akan kembali terjadi pada 2024. Bahkan melampaui 2023, yang berdasarkan data merupakan surplus terbesar dalam satu dekade.
Surplus yang terus berlanjut menyebabkan sejumlah kalangan memprediksi harga nikel berpotensi kembali tertekan pada tahun ini.
Kolumnis logam industri Reuters, Andy Home mengatakan, salah satu penyebab surplus adalah produksi nikel Indonesia yang terus meningkat. Produksi ini berasal dari smelter-smelter yang banyak dibangun di tanah air, lalu diperdagangkan secara internasional.
Data United States Geological Survey (USGS) menunjukkan produksi nikel Indonesia meningkat pesat sejak 2018. Pada 2018, produksi nikel sebesar 606 ribu ton kemudian melonjak menjadi 1,6 juta ton pada 2022.
Indonesia adalah produsen terbesar nikel yang jumlah produksinya jauh di atas negara-negara lain. Negara produsen kedua, yakni Filipina hanya memproduksi 330 ribu ton pada tahun yang sama. Australia, yang cadangan nikelnya sama dengan Indonesia, hanya memproduksi 160 ribu ton.
Menyoal Baterai Listrik
Nikel memang merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Namun, kebanyakan pemurnian nikel di Indonesia hanya dilakukan untuk memproduksi bahan baku baja tahan karat atau stainless steel.
Masih banyaknya smelter nikel untuk stainless steel ini sejalan dengan kebutuhan nikel dunia. Data Badan Energi Internasional (IEA) mencatat kebutuhan nikel untuk stainless steel mencakup 68% dari total permintaan nikel dunia pada 2022. Sementara, kebutuhan nikel untuk baterai listrik hanya 8%.
Di Indonesia, ada tiga smelter yang memproduksi produk setengah jadi untuk baterai listrik, yaitu mixed hydroxide precipitate (MHP). MHP ini lalu dapat diolah menjadi nikel sulfat, salah satu bahan untuk katoda baterai.
Anak usaha PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel adalah salah salah satu smelter yang memproduksi MHP, sekaligus memproduksi nikel sulfat di pabriknya. Mengutip presentasinya kepada investor, Harita Nickel sudah mulai memproduksi nikel sulfat sejak April 2023 dan mulai ekspor pada Mei 2023.
Produksi nikel sulfat ini membuat Indonesia semakin dekat dan menjadi bagian penting dalam rantai pasok kendaraan listrik dunia. Terlebih, baterai mobil listrik yang mengandung nikel masih menjadi yang paling populer.
Meski begitu, dominasi baterai nikel untuk kendaraan listrik mungkin mulai berkurang. Data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan, baterai kendaraan listrik berbahan nikel memang masih mendominasi pasar. Namun, porsinya ini terus tergerus sejak 2018.
Pada 2018, baterai dengan LFP hanya dipakai 7% kendaraan listrik di dunia. Cakupan penggunaan LFP ini bahkan sempat hanya 3% pada 2019. Penggunaan LFP melonjak drastis sejak 2021 dan menguasai 27% pasar pada 2022.
Sebaliknya, baterai dengan kandungan nikel tinggi memang masih mendominasi 66% pasar pada 2022. Namun, ini turun dari 89% pada 2019. Baterai kandungan nikel tinggi artinya memiliki kandungan nikel di atas 50%.
Tesla Pakai Nikel atau Tidak?
Sampai saat ini, 99% produksi LFP berada di Cina. Kebanyakan LFP digunakan untuk kendaraan listrik yang diproduksi negara tersebut. Mengutip IEA, sekitar 95% baterai LFP dipakai untuk kendaraan listrik buatan Cina.
Tesla juga memiliki pabrik produksi mobil di Cina yang memproduksi Tesla Model Y dan Model 3. Mengutip Reuters, produksi kedua model ini di Cina menggunakan baterai LFP. Tesla mendapatkan pasokan LFP dari perusahaan CATL dan BYD.
Meski begitu, ini tidak berarti semua kendaraan Tesla menggunakan LFP. Mengutip IEA, penggunaan baterai LFP untuk kendaraan Tesla mencapai 30% pada 2022. Angka ini naik dari 21% pada 2021.
Penggunaan LFP di Tesla ini masih bisa meningkat. CEO Tesla Elon Musk menganggap, LFP dapat berperan besar dalam elektrifikasi kendaraan skala besar di masa depan.
“Sebagian besar usaha dalam elektrifikasi akan disokong sel baterai berbasis besi,” kata Elon Musk ketika mempresentasikan rencana induk (master plan) Tesla bagian 3 pada April 2023 lalu, dikutip dari Reuters. Rencana yang disampaikan Musk ini menjabarkan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai energi berkelanjutan global.
Rencana induk tersebut juga menunjukkan rencana Tesla untuk menggantikan mobil BBM dan strateginya. Tesla memproyeksi LFP akan digunakan untuk kendaraan-kendaraan listrik dengan jarak tempuh standar. Sementara, kendaraan dengan jarak tempuh jauh menggunakan baterai dengan kandungan nikel tinggi.
Dalam rencana tersebut, Tesla menyebut penggunaan LFP banyak untuk kendaraan bertipe kompak, sedan ukuran medium, bus, dan truk berat jarak pendek. Sementara, baterai bernikel tinggi akan digunakan untuk van komersil/penumpang, sedan berukuran besar, SUV, truk kecil, dan truk besar jarak jauh.
Model kendaraan kompak dan sedan ukuran medium menjadi model dengan jumlah kendaraan terbanyak di dunia dalam perhitungan Tesla. Ini membuat baterai LFP dapat mendominasi material baterai listrik di masa depan, walau tidak sepenuhnya menghapus baterai nikel.
Referensi
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Harga Acuan. (Akses 22 Januari 2024)
Home, Andy. 6 Oktober 2023. “INSG forecasts a third consecutive year of nickel surplus”. Reuters. (Akses 22 Januari 2024)
United Stated Geological Survey. Nickel Statistics and Information. (Akses 22 Januari 2024)
International Energy Agency. 2023. “Global EV Outlook 2023: Trends in batteries” (Akses 22 Januari 2024)
PT Trimegah Bangun Persada Tbk. 1 Desember 2023. Company Presentation 9M23. (Akses 23 Januari 2024)
Reuters. 30 September 2020. “Tesla to roll out China-made Model 3 with cobalt-free batteries: sources” (Akses 23 Januari 2024)
Reuters. 23 April 2023. “Exclusive: Tesla readies export of Model Y to Canada from China” (Akses 23 Januari 2024)
Tesla. 5 April 2023. Master Plan Part 3: Sustainable Energy for All of Earth. (Akses 23 Januari 2024)
---------------
Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: cekdata@katadata.co.id