Cek Data: Disinggung Gibran, Bagaimana LFP Menggerus Baterai Nikel?

Reza Pahlevi
24 Januari 2024, 10:52
Penggunaan baterai mobil listrik berbasis nikel dan FLP menjadi salah satu isu yang dibahas dalam debat cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.
Katadata
Penggunaan baterai mobil listrik berbasis nikel dan FLP menjadi salah satu isu yang dibahas dalam debat cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.
Button AI Summarize

Dalam Debat Pilpres 2024 keempat, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyinggung penggunaan baterai lithium ferro-phosphate (LFP) untuk mobil listrik. Gibran menuding tim nomor urut 1, Anies-Muhaimin, mempromosikan LFP yang tidak menggunakan nikel. Padahal, Indonesia adalah produsen nikel terbesar dunia.

Kontroversi

Dalam sesi tanya-jawab, Gibran bertanya soal penggunaan baterai ini kepada cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar. Dia bertanya apakah pasangan calon nomor urut 1 ini antinikel karena kerap menyinggung penggunaan baterai LFP yang tidak mengandung nikel sama sekali.

“Sering bicara LFP, Tesla nggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, Pak. Tesla pakai nikel, Pak. Indonesia itu punya cadangan nikel terbesar di dunia. Ini kekuatan kita, bargaining kita. Jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produk Cina,” kata Gibran dalam Debat Cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024.

Anak presiden Joko Widodo (Jokowi) ini juga menyinggung Thomas Lembong, co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin sekaligus mantan Menteri Perdagangan di periode pertama pemerintahan Jokowi. Thomas diketahui sempat mengkritik eksplorasi nikel besar-besaran di Indonesia saat ini.

Dalam siniar Total Politik, pria yang akrab disapa Tom itu menjelaskan harga nikel dunia sudah jatuh 30% dalam 12 bulan terakhir. Stok nikel juga diprediksi mengalami surplus terbesar sepanjang sejarah pada tahun depan.

“Dengan begitu gencarnya dibangun smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel. Akhirnya harga jatuh, terjadi oversupply,” kata Tom.

Menurutnya, sikap Indonesia yang menghentikan ekspor nikel dan bersikap konfrontasi terhadap negara-negara Barat, menyebabkan mereka mencari alternatif nikel untuk baterai. Ini alasan di balik LFP semakin banyak digunakan untuk mobil listrik.

“100% dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt,” katanya.

Faktanya

Harga nikel memang terus turun dalam setahun terakhir, persis seperti pernyataan Tom Lembong. Menurut harga acuan mineral Kementerian ESDM, harga nikel anjlok hingga lebih 35% sepanjang 2023.

Pada Januari 2023, harga nikel tercatat sebesar US$27.482 per metrik ton kering (dry metric ton/dmt). Harga turun menjadi US$17.653 per dmt pada Desember 2023.

Meski turun signifikan, harga nikel ini masih lebih tinggi dari harga pada 1 Januari 2020, ketika pemerintahan Joko Widodo menerapkan larangan ekspor bijih nikel. Pada saat itu, harga nikel tercatat sebesar US$13.875,7 per dmt.

Stok Berlebih Nikel Dunia

Turunnya harga nikel tidak terlepas dari banyaknya stok yang ada di pasaran. International Nickel Study Group (INSG) memprediksi, surplus nikel akan kembali terjadi pada 2024. Bahkan melampaui 2023, yang berdasarkan data merupakan surplus terbesar dalam satu dekade. 

Surplus yang terus berlanjut menyebabkan sejumlah kalangan memprediksi harga nikel berpotensi kembali tertekan pada tahun ini.

Kolumnis logam industri Reuters, Andy Home mengatakan, salah satu penyebab surplus adalah produksi nikel Indonesia yang terus meningkat. Produksi ini berasal dari smelter-smelter yang banyak dibangun di tanah air, lalu diperdagangkan secara internasional.

Data United States Geological Survey (USGS) menunjukkan produksi nikel Indonesia meningkat pesat sejak 2018. Pada 2018, produksi nikel sebesar 606 ribu ton kemudian melonjak menjadi 1,6 juta ton pada 2022.

Indonesia adalah produsen terbesar nikel yang jumlah produksinya jauh di atas negara-negara lain. Negara produsen kedua, yakni Filipina hanya memproduksi 330 ribu ton pada tahun yang sama. Australia, yang cadangan nikelnya sama dengan Indonesia, hanya memproduksi 160 ribu ton.

Made with Flourish 
 

Menyoal Baterai Listrik

Nikel memang merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Namun, kebanyakan pemurnian nikel di Indonesia hanya dilakukan untuk memproduksi bahan baku baja tahan karat atau stainless steel.

Masih banyaknya smelter nikel untuk stainless steel ini sejalan dengan kebutuhan nikel dunia. Data Badan Energi Internasional (IEA) mencatat kebutuhan nikel untuk stainless steel mencakup 68% dari total permintaan nikel dunia pada 2022. Sementara, kebutuhan nikel untuk baterai listrik hanya 8%.

Di Indonesia, ada tiga smelter yang memproduksi produk setengah jadi untuk baterai listrik, yaitu mixed hydroxide precipitate (MHP). MHP ini lalu dapat diolah menjadi nikel sulfat, salah satu bahan untuk katoda baterai. 

Anak usaha PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel adalah salah salah satu smelter yang memproduksi MHP, sekaligus memproduksi nikel sulfat di pabriknya. Mengutip presentasinya kepada investor, Harita Nickel sudah mulai memproduksi nikel sulfat sejak April 2023 dan mulai ekspor pada Mei 2023.

Produksi nikel sulfat ini membuat Indonesia semakin dekat dan menjadi bagian penting dalam rantai pasok kendaraan listrik dunia. Terlebih, baterai mobil listrik yang mengandung nikel masih menjadi yang paling populer.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...