Perusahaan e-commerce Shopee mencatatkan transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) US$ 17,6 miliar atau sekitar Rp 249,4 triliun sepanjang tahun lalu. Namun, kerugian induk usahanya, Sea Group justru melebar.
Kerugian Sea Group meningkat dari US$ 961 juta atau Rp 13,62 triliun pada 2018, menjadi US$ 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,69 triliun tahun lalu. Padahal, laba kotor perusahaan naik hampir 4.000% secara tahunan (year on year/yoy), dari Rp 14,8 juta menjadi US$ 604,9 juta.
Begitu juga dengan total pendapatan yang disesuaikan naik 178,1% dari US$ 1 miliar menjadi US$ 2,9 miliar. (Baca: Transaksi Shopee Capai Rp 64,87 Triliun, Kerugian Induk Usahanya Turun)
Dalam laporan keuangan 2019, Sea Group menyebutkan bahwa total biaya penjualan dan pemasaran meningkat 37,5% menjadi US$ 969,5 juta. Rinciannya, beban penjualan dan pemasaran lini bisnis hiburan digital naik 59% dan e-commerce meningkat 27%.
Peningkatan terutama disebabkan oleh peluncuran gim dan pemasaran baru , e-sports, dan aktivitas untuk menggaet pengguna. Sedangkan kenaikan beban pemasaran di Shopee sejalan dengan strategi perusahaan menangkap peluang pertumbuhan pasar.
“Terutama disebabkan oleh peningkatan pemasaran merek serta kompensasi staf yang lebih tinggi dan biaya manfaat,” demikian dikutip dari laporan keuangan Sea Group. (Baca: Shopee Gandeng UMKM Lokal ke Pasar ASEAN)
Pendapatan yang disesuaikan dari lini bisnis e-commerce yakni Shopee, meningkat 224,1% dari US$ 290,7 juta menjadi US$ 942,1 juta tahun lalu. Pesanan kotornya naik 100,5% menjadi 1,2 miliar produk.
Biaya penjualan dan pemasaran sebagai persentase dari total GMV tercatat turun 4,4%, dibandingkan 2018 yang mencapai 5,9%. Meski begitu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) negatif US$ 1 miliar atau meningkat dibanding 2018 yang sebesar US$ 860,3 juta.
(Baca: Perkuat Shopee di Asia Tenggara, Sea Group Cari Pendanaan Rp 21 T)
“Peningkatan pendapatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pasar e-commerce dan perkembangan positif di setiap aliran pendapatan pasar, transaksi, biaya, layanan bernilai tambah, dan iklan,” demikian dikutip.
Pendapatan dari lini bisnis hiburan digital meningkat 145,6% menjadi US$ 1,14 miliar. Perusahaan menyampaikan, basis pengguna aktif dan penetrasi layanan pembayaran meningkat. “Hal ini meningkatkan fitur permainan dan monetisasi berdasarkan pemahaman mendalam tentang preferensi,” demikian dikutip.
Sedangkan pendapatan dari penjualan barang naik 129,4% menjadi US$ 216,7 juta. (Baca: Dilirik Alibaba hingga Amazon, Begini Persaingan e-Commerce Indonesia)