Seperti sudah diprediksikan, pesta penjualan online yang digelar Alibaba Group tahun ini memecahkan rekor baru. Hingga ajang “11.11 Global Shopping Festival” tersebut ditutup pada Minggu pukul 24.00 waktu Shanghai, Cina, total transaksi di merchandise atau Gross Merchandise Value (GMV) dari berbagai penjuru dunia mencapai US$ 30,8 miliar (RMB 213,5 miliar) atau sekitar Rp 458,9 triliun.
Pencapai ini cukup signifikan, 21,7 persen melampaui transaksi tahun lalu dengan total GMV US$ 25,3 miliar atau RMB 168,2 miliar. “Ini adalah perjalanan bersama,” kata CEO Alibaba Group Daniel Zhang kepada sekitar 150 wartawan dari berbagai media dunia termasuk Katadata.co.id usai penutupan ajang belanja online terbesar di Cina itu pada Senin dini hari (12/11/2018) di kawasan Mercedes Benz Arena, Shanghai.
(Baca: Dalam Satu Jam 11.11, Penjualan Online Alibaba Tembus Rp 149 Triliun).
Penjualan yang sama dengan 2017 tercapai pada pukul 15.40. Adapun angka psikologis baru di RMB 200 miliar terjadi satu setengah jam sebelum penutupan pesta diskon belanja online 11.11, yang diperingati sebagai “Single Day”, ini berakhir. Sekitar setengah jam kemudian, sebanyak satu miliar pesanan telah masuk rantai pengantaran.
Menurut Daniel Zhang, keberhasilan ini merupakan paduan dari ekosistem yang dikembangkan Alibaba. Di Tiongkok, masyarakat berbelanja secara online melalui platform Tamall. Adapun di beberapa negara kawasan Asia Tenggara, misalnya, konsumen berbelanja melalui Lazada seperti di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Selain itu, ada perdagangan elektronik dengan AliExpress.
Dengan capaian saat ini, Zhang yakin Alibaba memiliki basis data yang makin kuat sehingga mampu untuk memotret kebiasaan konsumen dalam berbelanja. Dari data itulah raksasa digital dan e-commerce ini akan mengembanagkan produk-produk yang disukai konsumen, seperti perawatan tubuh dan kesehatan.
(Baca juga: Pesta Belanja Lazada 11.11, Handphone Jadi Produk Paling Laris).
Atas pertimbangan itu, ia percaya perayaan pada tahun-tahun mendatang akan terus meningkat, termasuk di negara-negara Asia Tenggara. “Saya yakin perayaan 11.11 ini terus berkembang,” ujarnya. “Tahun ini, 11.11 lebih dari sekadar festival belanja online. Ini merupakan refleksi dari dari strategi retail baru kami.”
Menurut dia, “new retail” merupakan penyatuan belanja secara online dan offline. Saat ini, misalnya, Alibaba menerapkannya pada Hema, jaringan supermarketnya yang sudah hampir mencapai 100 toko di seluruh Cina. Di sini, konsumen yang datang dapat berbelanja dan membayar dengan telepon mereka melalui aplikasi Taobao.
(Baca: Geliat Terobosan Alibaba Mengawinkan Toko Tradisional dan Digital).
Langkah-langkah itulah yang membuatnya optimistis akan perkembangan saat ini. Dua hari lalu, Zhang menyampaikan keyakinannya bahwa di 2018 akan menorehkan transaksi yang sangat menggembirakan. “Tahun ini, Alibaba berjanji Single’s Day akan menjadi yang terbesar,” ujar dia.
Karenanya, Alibaba menambah layanan baru yakni pemesan lebih awal alias pre-order. Ada sekitar 500 ribu item produk yang bisa dipesan sejak 20 Oktober lalu. Ketika itu, memperkirakan rata-rata satu miliar paket dikirim melalui platform-nya selama pesta diskon 11.11. Tahun lalu, Alibaba memproses 1,48 miliar transaksi pembayaran selama ajang tersebut, naik 41 persen dari 2016.
Melihat data-data tersebut, Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok Djauhari Oratmangun mengatakan masuknya produk Indonesia dalam jaringan raksasa Tmall kali ini merupakan langkah penting dalam menjangkau konsumen Tiongkok. “Kalau tidak ambil bagian, kita akan tertinggal di pasar yang besar ini,” kata Djauhari kepad Katadata.co.id di Shanghai.