Dominasi produk impor tak terjadi di semua platform e-commerce Indonesia. Qlapa misalnya, mengkhususkan diri sebagai tempat jual beli produk kerajinan buatan tangan para perajin di Indonesia.
Qlapa diinisiasi oleh sekelompok anak muda dan resmi beroperasi pada 1 November 2015. Dalam Katadata Forum di Djakarta Theater, Selasa (8/5) kemarin, CEO dan Co-founder Qlapa Benny Fajarai menyatakan bahwa tagline Qlapa adalah, “Beli produk handmade dan kerajinan unik dari pembuatnya di Indonesia.”
Menurutnya, saat ini ada lebih dari 4 ribu perajin yang bergabung dengan platform-nya. "Jumlah itu terus tumbuh. Produk yang terjual pun sudah mencapai 100 ribu (jenis)," ujar Benny.
Benny yang menekuni industri kreatif sejak 2010 paham betul mengenai sulitnya akses pemasaran bagi para perajin. Saat itu, ia membangun Kreavi sebagai jejaring online yang menampilkan karya puluhan ribu desainer dan kreator visual Indonesia. Namun idenya mengembangkan Qlapa baru muncul dalam sebuah perjalanan ke Bali.
(Baca juga: PrivyID, Startup Lokal yang Siap 'Ekspor' Tanda Tangan Digital)
Di sana, ia melihat bagaimana kerajinan menarik para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Namun, tantangan pemenuhan permintaan dari pengrajin. Maklum, produk yang dijual dibuat secara manual, sehingga ada keterbatasan waktu dan jumlah.
Sementara dari sisi konsumen, banyak yang kesulitan menemukan produk yang tepat karena lokasi para perajinnya yang terpencil. Dari pengalaman tersebut, ia berniat mengembangkan Qlapa sebagai platform yang mewadahi jual beli produk kerajinan tangan.
Ingin mempertahankan ciri khasnya, produk yang ditampilkan di platform Qlapa dikurasi dengan teliti. Ada tim yang memastikan setiap produk 100% handmade, berkualitas, menyertakan infotmasi yang jelas, dan konsisten memenuhi permintaan konsumen.
Dalam hal pelayanan, Qlapa menerapkan rekening bersama supaya transaksi aman dan nyaman. Maka, uang yang dibayarkan oleh konsumen akan disimpan beberapa waktu di rekening bersama. Setelah transaksi sukses, Qlapa akan menyalurkan uang tersebut ke rekening pengrajin. Sistem seperti ini juga diadopsi oleh beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan lainnya.
(Baca juga: Ruangguru, Startup Pendidikan Kebanggaan Jokowi Incar Status Unicorn)
Selain itu, sistemnya juga diotomatisasi dengan menyediakan fitur penghitungan ongkos kirim. Ada juga fitur yang memungkinkan penjual menawarkan produk dengan variasi warna. Penjual juga bisa menerima pesanan sesuai keinginan konsumen atau kostumisasi dan pre-order. "Selalu ada fitur baru," kata dia.
Adapun, Qlapa baru saja mengumumkan pendanaan seri A yang dipimpin oleh Aavishkaar Frontier Funds (AFF). Salah satu founder Kapan Lagi Network (KLN) juga ikut menyuntikkan dana ke Qlapa. Hanya, tidak disebutkan nilai investasi tersebut. Sebelumnya, Qlapa mendapat pendanaan tahap seed dari Global Founders Capital (GFC), KLN, dan Angel Investor Budi Setiadharma.
AFF merupakan ekstensi dari perusahaan investasi asal India, Aavishkaar. AFF fokus memberikan pendanaan kepada pengusaha di negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market) di luar India, seperti Indonesia, Sri Lanka, Bangladesh dan Pakistan.
Selain Benny, Qlapa juga digawangi oleh seorang engineer bernama Fransiskus Xaverius. Fransiskus merupakan lulusan dari perusahaan teknologi asal Silicon Valley, seperti Google. Selama lima tahun karirnya di Amerika Serikat (AS), ia juga pernah bekerja di BlackBerry, Zynga, Castlight, dan Homejoy.