Mayoritas Aduan Konsumen E-Commerce soal Penipuan dan Peretasan Akun

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Ilustrasi, warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
27/10/2020, 13.16 WIB

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menerima 304 aduan dari pelanggan e-commerce sejak 2017. Mayoritas terkait penipuan (phishing) dan penyalahgunaan akun.

Advocacy Officer dari BPKN Akmalia Hidayati menyampaikan, sebagian besar penipu mengirim tautan melalui email kepada calon korban. Ketika diklik, konsumen akan diarahkan ke iklan dan laman berbahaya yang mengandung perangkat lunak (software) jahat seperti malware dan ransomware.

Dengan begitu, penipu bisa meretas (hack) perangkat korban, termasuk akunnya. “Kebanyakan phising dari penjual. Harusnya punya standardisasi, agar tidak terulang,” kata Akmalia dalam webinar bertema ‘Kenali Hak Konsumen dalam Berbelanja Online’, Selasa (27/10).

Selain itu, beberapa konsumen diperdaya oleh penipu sehingga menyerahkan data-data penting seperti kode verifikasi atau One-Time Password (OTP).

Aduan lainnya yakni terkait pengembalian dana (refund). Ini banyak terjadi saat pandemi corona, karena penggunaan layanan e-commerce meningkat.

“Permintaan pengembalian dana banyak terjadi di e-commerce saat pandemi Covid-19. Beberapa dapat tetapi berupa voucer,” kata dia.

Ia berharap konsumen melaporkan kendala kepada penyelenggara e-commerce terlebih dulu. Jika tidak ada tindakan atau hasil, baru melapor ke BPKN.

Meski begitu, aduan dari konsumen e-commerce hanya 8,6% dari total 3.535 laporan. Paling banyak terkait perumahan, yakni 2.464 atau 69,72%.

Pada kesempatan yang sama, Chief Customer Care Officer Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengatakan bahwa belanja online menjadi alternatif utama konsumen saat pandemi virus corona. "Namun, masih banyak konsumen yang belum memahami belanja online yang aman dan benar seperti apa," kata dia.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, Lazada memperkuat sistem keamanan. Selain itu, mengingatkan konsumen untuk tetap waspada.

"Beberapa bulan ini agak rentan penyalahgunaan akun. Jadi yang paling utama yakni menjaga password dan kode OTP, tidak diberikan kepada siapapun, termasuk oknum yang mengatasnamakan Lazada atau penjual," kata Ferry.

Di samping itu, ia berjanji untuk terus memastikan kualitas produk yang dijual di Lazada. Selain itu, menjamin deskripsi barang di platform sesuai dengan yang diterima oleh konsumen.

"Kami juga memantau penjual. Jika ada harga yang tidak normal, kami akan bersihkan. Hubungi penjual untuk menurunkan harganya,” ujar dia. Selain itu, memberikan sanksi kepada penjual yang memberikan deskripsi berbeda dengan barang aslinya.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan