Startup e-commerce dengan model business to business (B2B), Jet Commerce ekspansi ke Malaysia. Perusahaan juga sudah hadir di Thailand, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok.
Pendiri sekaligus CEO Jet Commerce Oliver Yang menyampaikan, Malaysia merupakan pasar penting karena industri e-commerce berkembang pesat. “Memiliki presence di Malaysia merupakan hal penting dalam upaya kami memperkuat jaringan internasional di Asia,” kata dia dalam siaran pers, Selasa (6/4).
Tingkat penetrasi internetnya tertinggi di Asia Tenggara, yakni 82,3%. Sedangkan di Indonesia hanya 73,7% dari total populasi 266,9 juta. Meski dari sisi jumlah lebih banyak sebagaimana Databoks di bawah ini:
Selain itu, laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) industri e-commerce Malaysia 17% pada 2020-2023, menurut laporan terbaru JP Morgan.
Pasca-pandemi, pemerintah negeri jiran itu dikabarkan akan memprioritaskan perkembangan industri e-commerce. Ini sebagai bagian dari rencana pemulihan ekonomi nasional, dengan total investasi US$ 33 juta.
Kondisi itu dinilai akan menarik berbagai brand global untuk masuk dan menggarap pasar e-commerce Malaysia. Namun, Oliver menilai bahwa brand tidak cukup hanya membangun presence melalui toko online di marketplace.
Ada banyak hal yang harus diinvestasikan dan dipersiapkan, mulai dari strategi, pemasaran hingga operasional. Ini mengacu pada data kondisi pasar e-commerce di negara tersebut.
“Supaya investasi dalam mengutilisasi e-commerce sebagai kanal penjualan dapat maksimal, dibutuhkan talenta spesialis kompeten,” kata Oliver. “Untuk itu, dalam setiap ekspansi internasional, kami memastikan untuk membangun sumber daya terlebih dahulu.”
Caranya dengan memanfaatkan talenta lokal di setiap negara di mana Jet Commerce beroperasi. Ini memudahkan komunikasi dengan mitra di berbagai negara yang mayoritas merupakan penduduk lokal, dan membantu untuk memahami kebutuhan pasar.
Oliver menyampaikan, itu merupakan strategi Jet Commerce sejak pertama kali ekspansi ke Thailand dan Vietnam tahun lalu. Langkah ini membantu perusahaan melokalisasi strategi e-commerce untuk para mitra dan memupuk talent pool di Asia Tenggara.
CEO Jet Commerce Malaysia Peggy menambahkan bahwa memahami preferensi dan kebiasaan konsumen lokal menjadi tantangan terbesar bagi brand. Apalagi, Malaysia merupakan negara yang memiliki ras dan budaya yang beragam.
“Kami mempekerjakan lebih dari 90% talenta lokal, yang juga berasal dari generasi muda, kelompok konsumen yang paling potensial di masa depan,” kata dia.
Dengan pengetahuan terhadap kebutuhan pasar dan pemahaman atas budaya, talenta lokal memiliki kemampuan menavigasi masalah yang berpotensi timbul. Mereka juga dinilai memainkan peranan penting dalam menentukan strategi yang tepat dan sesuai target.
Di satu sisi, JP Morgan mencatat bahwa nilai industri e-commerce Malaysia US$ 3,9 miliar pada 2017. Lalu mencapai US$ 8 miliar pada 2019.
“Infrastruktur komunikasi yang lengkap, penetrasi internet dan e-commerce yang tinggi, serta dukungan penuh pemerintah, industri ini dapat berkembang pesat ke depan. Lokasinya yang strategis juga menambah daya tarik bagi brand internasional untuk membuat gudang sendiri di Malaysia,” ujar Peggy.
Jet Commerce pun menyiapkan diri untuk masuk ke pasar Malaysia sejak 2019. Perusahaan menggaet Akulaku, Shopee, dan Lazada di negeri jiran ini.
Sedangkan brand yang mulai menjajaki kerja sama dengan Jet Commerce di Malaysia yakni OPPO, Bialetti, Paperang, dan Y.O.U.
Hingga akhir tahun lalu, Jet Commerce Malaysia mencatatkan total penjualan lebih dari 26 ribu pesanan. Milai transaksinya melebihi US$ 16 juta.