TikTok dikabarkan mulai menjual produk sendiri di Inggris, menurut laporan Financial Times. Apakah layanan ini akan tersedia di Indonesia?
Financial Times melaporkan, dalam beberapa minggu terakhir, pengguna di Inggris mulai melihat fitur belanja baru di aplikasi TikTok yang diberi nama ‘Trendy Beat’. Produk yang tersedia yakni yang sedang populer.
Perwakilan TikTok Indonesia menyampaikan bahwa perusahaan selalu mencari cara baru untuk meningkatkan pengalaman komunitas TikTok. “Saat ini, kami dalam tahap awal bereksperimen dengan fitur belanja baru,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (26/6).
Fitur itu belum tersedia di Indonesia saat ini. Selain itu, tidak ada informasi bahwa fitur ini akan diluncurkan di Tanah Air dalam waktu dekat.
Di Inggris, produk populer yang dijual di ‘Trendy Beat’ TikTok yakni alat pembersih telinga dan penyikat bulu hewan peliharaan dari pakaian.
“Produk-produk yang dipajang di fitur ‘Trendy Beat’ TikTok dikirim langsung dari Cina. Sementara penjualnya terdaftar di Singapura, tetapi tercatat dimiliki oleh ByteDance,” kata sumber dikutip dari Financial Times, Kamis sore (22/6).
ByteDance merupakan induk TikTok. Sedangkan nama penjual di fitur ‘Trendy Beat’ yakni Seitu.
Seitu terhubung dengan If Yooou, yakni bisnis ritel milik ByteDance.
Kepala Kepala Anti-penipuan dan Keamanan E-commerce Global TikTok di Singapura Lim Wilfred Halim terdaftar sebagai direktur Seitu.
Skema penjualan tersebut mirip dengan Amazon, yani mempromosikan produk sendiri yang populer.
Empat sumber Financial Times mengatakan, vendor lain bisa menjual barang melalui TikTok Shop, tetapi mengambil sedikit komisi. Sementara ByteDance mengambil semua hasil dari penjualan di fitur ‘Trendy Beat’ di TikTok.
“Upaya untuk mulai menjual produknya sendiri dikenal secara internal sebagai ‘Project S’,” kata enam orang yang akrab dengan musyawarah internal dikutip dari Financial Times.
Mereka menambahkan ByteDance sedang membangun unit ritel online untuk menantang grup seperti merek fast fashion Shein dan aplikasi milik Pinduoduo yakni Temu.
Project S dipimpin oleh Bob Kang, kepala ecommerce ByteDance. “Ia baru-baru ini melakukan perjalanan dari Shanghai untuk mengoordinasikan upaya di kantor TikTok di London,” ujar dua karyawan.
Namun TikTok mengatakan Kang berada di Inggris karena sejumlah alasan dan melapor kepada kepala eksekutif aplikasi Shou Zi Chew.
“Bob Kang terobsesi dengan Temu dan meniru kesuksesannya. Menurutnya mereka dapat melakukan ini dengan memasukkan diri mereka ke dalam proses pasokan dan penjualan,” kata orang lain yang mengetahui strategi tersebut di Inggris.
Project S memanfaatkan pengetahuan TikTok tentang produk viral di aplikasi. “Ini memungkinkan ByteDance memperoleh atau membuat barang-barang itu sendiri,” ujar sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Lalu kemudian, “perusahaan akan gencar mempromosikan produk yang ada di ‘Trendy Beat’ ketimbang barang yang dijual oleh pesaing di aplikasi TikTok,” kata sejumlah sumber.
Dua karyawan ByteDance juga mengatakan, perusahaan merekrut karyawan dari Shein untuk menggenjot bisnis e-commerce.
Financial Times melaporkan, induk TikTok sedang mencari pendapatan baru yang dapat memperbesar valuasi menjadi US$ 300 miliar. Jika ini terwujud, maka ByteDance akan menjadi startup swasta paling bernilai di dunia.