Transaksi e-commerce termasuk Tokopedia, TikTok Shop hingga Shopee di Indonesia diperkirakan US$ 62 miliar atau sekitar Rp 989 triliun tahun ini. Namun TikTok Shop tutup pada 4 Oktober, sehingga tidak menikmati potensi transaksi pada akhir tahun.
Berdasarkan laporan bertajuk ‘e-Conomy SEA 2023’ dari Google, Bain and Company, dan Temasek, proyeksi transaksi atau GMV sektor e-commerce di Indonesia tersebut hanya tumbuh 7%. Pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu 20%.
Google, Bain and Company, dan Temasek pun menyoroti para startup e-commerce seperti Tokopedia yang mengurangi promosi atau bakar uang. “Hal itu demi menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas,” demikian dikutip dari laporan, Rabu (2/11).
Alhasil, pertumbuhan GMV para startup itu melambat setelah konsumen yang sensitif harga memilih opsi lain. “Namun jumlah pengguna yang setia masih cukup banyak, sehingga mengimbangi penurunan pertumbuhan pasar dengan kenaikan pertumbuhan pendapatan bersih,” demikian dikutip.
Google, Bain and Company, dan Temasek juga menyoroti arah kebijakan pemerintah, salah satunya Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 31 Tahun 2023 yang terbit pada 27 September.
Regulasi itu melarang fitur e-commerce dan media sosial dalam satu aplikasi. TikTok pun menghapus TikTok Shop di Indonesia pada 4 Oktober.
“Regulator sangat memengaruhi arah pertumbuhan sektor utama ekonomi digital,” kata Google, Bain and Company, dan Temasek.
Mereka juga menyoroti pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Indonesia. Harga barang-barang sempat meningkat tinggi pada tahun lalu, yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diprediksi naik lebih tinggi dibanding rata-rata regional. Ini akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital,” ujar Google, Bain and Company, dan Temasek.
Secara keseluruhan, transaksi e-commerce di Asia Tenggara diperkirakan US$ 139 miliar tahun ini atau naik tipis dibandingkan tahun lalu US$ 130 miliar.