E-commerce asal Cina yakni Temu sudah tiga kali mendaftarkan merek dagang ke Kementerian Hukum dan HAM Indonesia. Di tengah potensi hadirnya pesaing baru, Tokopedia dan TikTok Shop Tokopedia berfokus pada produk lokal.
Head of Communications Tokopedia and Shop Tokopedia Aditia Grasio Nelwan menyatakan, perusahaan berfokus membesarkan produk-produk lokal Indonesia. "Kami mengutamakan berbagai macam penjual lokal supaya bisa mendapatkan akses pembeli ke seluruh Indonesia," kata dia di Solo, Jawa Tengah, Kamis (8/8).
Ia menyampaikan, Tokopedia dan TikTok Shop Tokopedia tengah menggencarkan sejumlah promosi produk lokal seperti Beli Lokal dan Promo Guncang di tanggal kembar. “Ada bermacam cashback, diskon dan promo yang bisa dipakai oleh pengguna, penjual, dan reseller," katanya.
Temu merupakan aplikasi e-commerce yang menawarkan berbagai produk mulai dari fesyen, elektronik, hingga kebutuhan rumah tangga yang sudah tiga kali mendaftarkan merek dagang ke Kementerian Hukum dan HAM Indonesia.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari menyampaikan, e-commerce asal Cina itu berupaya mendaftar ke Indonesia sejak September 2022.
Akan tetapi, upaya berulang Temu itu gagal karena sudah ada merek serupa yang beroperasi di Indonesia. "Namun, ini terus dibanding," ujar Fiki dikutip dari Antara, Selasa malam (6/8).
E-commerce asal Cina Temu sudah merambah pasar Thailand, Malaysia, dan Filipina. Temu di Thailand menawarkan berbagai macam barang lintas-negara dengan ulasan dan peringkat global untuk barang-barang populer. Meskipun ada rumor Temu meluncurkan barang bermerek di Asia Tenggara, sebagian besar barang di situs Thailand saat ini tidak bermerek.
Anak usaha Pinduoduo atau PDD Holdings itu menawarkan gratis ongkir pengiriman standar untuk hampir semua pesanan. Waktu pengiriman sekitar lima hingga 20 hari.
Fiki menyampaikan, Kementerian Koperasi dan UKM khawatir jika aplikasi belanja online asal Cina tersebut benar-benar masuk ke Indonesia. Sebab, e-commerce ini mengadopsi model bisnis yang menghubungkan langsung konsumen dengan pabrik, yang memungkinkan mereka menawarkan harga yang jauh lebih murah.
Dengan jaringan yang sudah menjangkau 80 pabrik di Cina, aplikasi tersebut dinilai berpotensi besar mematikan bisnis UMKM Indonesia, karena mereka bakal sulit bersaing dengan produk impor yang dijual sangat murah.
Fiki menyebut Temu saat ini sudah beroperasi di 48 negara, termasuk negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, hingga pasar besar seperti Amerika Serikat.
Meski demikian, Fiki mengatakan bahwa model bisnis yang menghubungkan pabrik dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.
"Ada aturan Permendag Nomor 31 Tahun 2023, revisi Permendag 50 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa jika barangnya cross-border, impor dibatasi 100 dolar AS," ujar dia.
Kementerian Koperasi dan UKM berharap Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan para pemangku kebijakan terkait bersinergi mencegah masuknya lokapasar atau marketplace Temu dari Cina itu masuk ke Indonesia, demi melindungi para pelaku usaha, terutama UMKM dalam negeri.