Daya Beli Disebut Turun, Transaksi TikTok Shop Tokopedia Terdampak?

Tokopedia dan Shop Tokopedia
Fashion Stylist Yoland Handoko, Pemerhati dan Motivator Batik Indra Tjahjani, Fashion Apparel & Campaign Senior Director Tokopedia and TikTok E-commerce Desey Muharlina Bungsu, Brand Manager Nona Rara Yunita Stefani, dan Founder and CEO of OE Rizki Triana dalam acara Konferensi Pers dan Fashion Workshop Rayakan Hari Batik Nasional 2024 Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik pada 2 Oktober 2024
Penulis: Kamila Meilina
2/10/2024, 19.39 WIB

Daya beli masyarakat Indonesia dinilai turun seiring terjadinya deflasi atau penurunan harga barang selama lima bulan berturut-turut. Kondisi ini berdampak terhadap transaksi e-commerce TikTok Shop Tokopedia?

Fashion Apparel and Campaign Senior Director Tokopedia and TikTok E-commerce Desey Muharlina Bungsu mencatat volume dan nilai transaksi lima bulan terakhir masih tumbuh.

“Selain itu, selalu ada penambahan jumlah konsumen yang berbelanja di Tokopedia maupun TikTok Shop Tokopedia dalam acara Hari Batik Nasional 2024 Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik di kantor Tokopedia, Jakarta, Rabu (2/10). 

Transaksi produk kategori fashion di Tokopedia misalnya, naik dua kali lipat dibandingkan kuartal II. Kenaikan tertinggi terutama terjadi di Tulungagung, Maluku Utara, dan Sulawesi Tenggara dengan rata-rata peningkatan transaksi tiga kali lipat. 

Penjualan kategori fesyen di TikTok Shop Tokopedia juga naik lebih dari 300%, terutama di Lampung, Yogyakarta, dan Bali.

Salah satu cara TikTok Shop Tokopedia mendorong transaksi yakni dengan menggelar kampanye promosi. Kampanye ‘Melokal dengan Batik’ misalnya, menggaet lebih dari 550 pengrajin batik di Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Penjual yang berpartisipasi dalam kampanye ini rata-rata mencatatkan kenaikan transaksi lebih dari 90%.

TikTok Shop Tokopedia juga menggelar kampanye ‘Tokopedia Fashion’ dengan diskon hingga Rp 500 ribu dan flash sale 90%. Ada juga kampanye ‘Beli Lokal’ dan ‘Pasar Berdaya Digital’ untuk memudahkan masyarakat mengakses produk dari para pedagang di pasar, seperti Pasar Tanah Abang Jakarta dan Pasar Beringharjo Yogyakarta.

E-commerce itu juga menggelar kampanye 'Selasa Bergaya'  yang mendorong kenaikan transaksi 
mukena, tas selempang, dan tote bag rata-rata lebih dari tig kali lipat pada September dibandingkan Juli.

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat deflasi secara bulanan alias month to month (mtm) pada September 0,12% dan secara tahunan atau year on year (yoy) 1,84%. Deflasi mtm terjadi sejak Mei atau lima bulan berturut-turut, dengan rincian sebagai berikut:

  1. Mei: 0,03%
  2. Juni: 0,08%
  3. Juli: 0,18%
  4. Agustus: 0,03%
  5. September: 0,12%

“Ini bukan kesuksesan dalam mengendalikan inflasi, melainkan tanda masyarakat sedang menahan belanja,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Selasa (1/10).

Selain itu, menurut dia data deflasi lima bulan berturut-turut bisa menandakan penurunan jumlah kelas menengah. “Mereka rentan dan sulit mencari pekerjaan. Sementara kelas menengah atas memilih menahan belanja, karena khawatir situasi ekonomi memburuk,” ujar Bhima. 

Akan tetapi, Bank Indonesia atau BI menilai deflasi beruntun bukan menandakan pelemahan ekonomi. Deputi Gubernur BI Juda Agung justru menilai inflasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sangat stabil sekitar 2%.

“Itu inflasi masih di dalam kisaran BI. Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan dalam perekonomian,” kata Juda di Gedung BI, Rabu (2/10).

Dalam pernyataan berbeda, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso juga menyatakan indeks harga konsumen atau IHK menurun dan terjaga dalam sasaran 2,5% plus minus 1% per September.

Menurut dia, inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter. Selain itu, ini merupakan hasil sinergi pengendalian inflasi antara BI dengan pemerintah pusat dan daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah alias TPIP dan TPID melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” kata Denny dalam pernyataan tertulis.

Hal senada disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Alasannya, inflasi inti tetap tumbuh pada Januari - September.

“Inflasi inti tumbuh, yang berarti perekonomian tumbuh. Pemerintah memerangi volatile food atau harga komoditas pangan yang bergejolak, yang akhirnya membuat adanya deflasi," kata Airlangga di Menara Kadin, Rabu (2/10).

Reporter: Kamila Meilina, Rahayu Subekti, Andi M. Arief