Ekonom Waspadai Dampak Belanja Masyarakat yang Menurun ke Transaksi E-Commerce

ANTARA FOTO/Abdan Syakura/agr/foc.
Warga menyaksikan siaran langsung penjualan pakaian melalui aplikasi belanja daring (e-commerce) di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (9/12/2024).
Penulis: Kamila Meilina
19/12/2024, 16.54 WIB

Ekonom Center of Economic and Law Studies atau CELIOS mencatat belanja masyarakat melambat, yang dilihat dari data konsumsi rumah tangga. Kondisi ini dinilai menggambarkan daya beli yang menurun dan akan berdampak ke transaksi e-commerce.

Ekonom CELIOS Nailul Huda menyampaikan konsumsi rumah tangga turun dari di atas 5% pada 2018 – 2019 menjadi 4,9%, menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS. Rinciannya dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Data konsumsi rumah tangga (CELIOS, BPS)

Nailul menyoroti data porsi konsumsi kelas menengah yang terus menurun. “Penurunan daya beli kelompok ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi digital,” kata Nailul dalam diskusi Indonesia Digital Economy Outlook 2025, di Hotel Mercure Jakarta Sabang, Jakarta Pusat pada Kamis (19/12). 

Data Bank Indonesia atau BI terkait transaksi e-commerce di Indonesia sebagai berikut:

  • 2022: Rp 476,3 triliun
  • 2023: Rp 453,7 triliun
  • Proyeksi 2024: Rp 468,6 triliun
  • Proyeksi 2025: Rp 471,7 triliun

Sementara itu, Kementerian Perdagangan atau Kemendag memperkirakan transaksi belanja online di Indonesia tahun ini Rp 487 triliun atau meningkat dibandingkan 2023 Rp 453 triliun. Jumlah pengguna diperkirakan naik 11,9% dari 58,63 juta tahun lalu menjadi 65,65 juta pada 2024.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, persentase UMKM yang berdagang online 37,79% dari total keseluruhan. 

Meskipun nilai transaksi diproyeksi meningkat, pertumbuhan tahunan diperkirakan melambat, terutama setelah 2022. Data CELIOS menunjukkan potensi pasar mendekati titik jenuh atau normalisasi pertumbuhan.

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk ‘e-Conomy SEA 2024’ memperkirakan transaksi e-commerce seperti Shopee, TikTok Shop Tokopedia, Lazada, Blibli hingga Bukalapak US$ 65 miliar atau Rp 1.027 triliun (kurs Rp 15.805 per US$) tahun ini. 

Nilai itu meningkat 11% dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan peningkatan yang cukup besar mengingat kenaikan selama 2022 - 2023 atau pandemi corona hanya di kisaran 1%. Rinciannya sebagai berikut:

  • 2019: US$ 25 miliar
  • 2021: US$ 48 miliar
  • 2022: US$ 58 miliar
  • 2023: US$ 62 miliar
  • 2024: US$ 65 miliar
Reporter: Kamila Meilina