Tahun Ini, OVO Luncurkan Fitur Paylater dan Investasi

OVO
Ilustrasi, Head of Strategy and Innovation Lab OVO Abraham Viktor.
8/1/2020, 21.27 WIB

PT Visionet Internasional (OVO) menargetkan dapat meluncurkan fitur cicilan tanpa kartu atau paylater pada Kuartal I 2020. Selain itu, perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran ini akan merilis fitur reksa dana.

OVO sempat menguji coba fitur paylater. Bahkan, berdasarkan riset Dailysocial, paylater OVO yang paling banyak digunakan sepanjang 2019.

Perusahaan rintisan itu tengah mengajukan izin ke Bank Indonesia (BI) untuk menyediakan fitur paylater. “Kami sudah submit ke BI,” kata Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra di Jakarta, hari ini (8/1).

Sejauh ini, perusahaan belum menemukan adanya kendala dalam proses perizinan paylater ke BI. "Tidak ada (kendala)" kata Karaniya.

Tahun ini, salah satu unicorn Tanah Air itu juga akan meluncurkan produk investasi bernama OVO Invest. Melalui layanan itu, pengguna bisa berinvestasi reksa dana pasar uang.

(Baca: Transaksi OVO Tembus 1 Miliar di 2019, Mayoritas Makanan & E-Commerce)

Perusahaan tengah menjajaki kerja sama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), untuk menjual Surat Berhaga Negara (SBN) ritel. "Jadi kami mau mulai (di layanan) itu juga," ujar Karaniya. 

OVO telah berdiskusi dengan perwakilan Kemenkeu. Ia mengklaim, kementerian menyambut kolaborasi itu. “Prinsipnya Kemenkeu mau supaya semakin banyak (pembelian SBN) yang didistribusikan secara online,” katanya.

Hal itu karena layanan berbasis digital dinilai bisa menjangkau masyarakat secara luas. Bahkan, Kemenkeu diklaim bisa lebih mudah menyasar segmen ritel.

Nantinya, OVO Invest bakal bisa diakses melalui platform Bareksa. Karaniya melanjutkan, Bareksa ditunjuk Kemenkeu sebagai mitra distribusi SBN.

(Baca: Riset: Fitur Paylater OVO Paling Banyak Digunakan Tahun Ini)

Namun, ia enggan berkomentar kapan fitur itu bakal diluncurkan. "Kami sedang proses mau masuk sandbox di BI. Karena ini terobosan baru," ujar Karaniya.

Sepanjang tahun lalu, rtansaksi tembus 1 miliar. Mayoritas penggunaannya di mitra penjual (merchant) makanan dan minuman, serta e-commerce.

Volume transaksinya meningkat lebih dari 70% secara tahunan (year on year/yoy), sedangkan nilainya naik 55%. “Potensinya besar. Sekarang kan penetrasi digitalnya hanya 7%,” kata Karaniya.

Jumlah pengguna aktif bulanan (Month Active Users/MAU) juga meningkat lebih dari 40%. Startup fintech ini pun diunduh 115 juta kali lebih. Layanannya tersedia di lebih dari 363 kota Indonesia.

(Baca: Tunggu Izin dari BI, OVO Target Luncurkan PayLater di Kuartal I 2020)

Reporter: Cindy Mutia Annur