Disuntik Dana Segar Rp 1,1 Triliun, BukuKas Ganti Nama Jadi Lummo

Google Play Store
Ilustrasi aplikasi BukuKas
Editor: Maesaroh
20/1/2022, 08.54 WIB

Startup pengelola keuangan digital untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BukuKas resmi berganti nama menjadi Lummo. Pergantian nama dilakukan seiring dengan raihan pendanaan seri C sebesar US$ 80 juta atau Rp 1,1 triliun dari investor global. 

Pendanaan itu dipimpin oleh Tiger Global dan Sequoia Capital India. Investor lain yang terlibat yakni CapitalG yang merupakan dana pertumbuhan independen dari Alphabet. 

Kemudian, investor perorangan seperti CEO NuvemShop Santiago Sosa dan mantan CEO Lazada Max Bittner juga terlibat dalam pendanaan ini. 

"Arus pendanaan ini menunjukkan kepercayaan yang dimiliki investor terhadap tim dan produk unggulan Lummo," kata CEO dan Founder Lummo Krishnan Menon dalam siaran pers, kemarin (19/1).

 Seiring dengan raihan pendanaan ini, Lummo yang awalnya bernama BukuKas melakukan rebranding. Nama baru Lummo berasal dari 'lumen', atau 'cahaya' dalam bahasa latin.

 Menon mengatakan, pemilihan nama ini sejalan dengan ambisi perusahaan untuk menjadi penerang bagi para pengusaha dan pemilik merek (brand).

Nama baru itu juga memudahkan pengguna Lummo membuka berbagai potensi dalam membangun bisnis melalui layanan perangkat lunak penghubung bisnis dengan pelanggannya (D2C SaaS).

 Selain nama perusahaan, produk unggulan perusahaan TOKKO juga berganti nama menjadi LummoSHOP.

Menon mengatakan, evolusi LummoSHOP memperkuat keunggulan perusahaan dalam solusi inovasi teknologi.

 Layanan ini ke depan akan menghubungkan bisnis langsung dengan pelanggan seperti chat commerce, integrasi katalog, custom domain, manajemen toko multi platform, fitur personalisasi untuk branding bisnis, dan beragam inovasi menarik lainnya. 

LummoSHOP kini telah mencatatkan pertumbuhan transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) hingga 11 kali lipat pada Desember 2021 secara tahunan (year on year/yoy). 

Selain rebranding, Lummo memanfaatkan pendanaan seri C ini untuk memperluas penawaran produknya ke Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dan Asia Tenggara. 

Tahun lalu Menon sempat mengungkapkan bahwa Lummo menargetkan 20 juta pelanggan bisnis hingga akhir 2022.

Per tahun lalu, startup menggaet lebih dari 6,3 juta pedagang kecil dan pengecer, serta tiga juta pengguna aktif bulanan.

 Lummo juga mencatatkan volume transaksi US$ 25,9 miliar per tahun. Nilainya setara lebih dari 2,2% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

 Partner di Tiger Global John Curtius mengatakan, pendanaan diberikan oleh investor karena potensi pasar yang digarap Lummo besar.

"Pertumbuhan ekonomi berbasis digital, terutama di Indonesia dan Asia Tenggara, merupakan fokus investasi kami yang utama. Kami juga telah melihat pertumbuhan pesat Lummo selama dua tahun terakhir," katanya. 

Sektor UMKM yang digarap Lummo menyumbang sekitar 60% terhadap PDB nasional. Sedangkan jumlahnya lebih dari 64 juta, sebagaimana Databoks di bawah ini:

Selama pandemi corona, pemerintah juga mendorong UMKM mendigitalkan bisnis supaya bisa menjangkau lebih banyak konsumen.

Pemerintah mencatat, total UMKM yang telah go-digital mencapai hampir 16 juta.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan