Analis memperkirakan harga mata uang kripto (cryptocurrency) bitcoin akan anjlok berkepanjangan dan mulai meroket lagi pada 2024. Perkiraan ini merujuk pada fenomena halving.
Pendiri salah satu bursa kripto terbesar di dunia Huobi, Du Jun memperkirakan bahwa bitcoin kembali menguat pada akhir 2024 atau awal 2025. Ini jika siklus harga sebelumnya menjadi indikasi.
Du Jun mengatakan, bullish bitcoin terkait erat dengan proses yang disebut pengurangan pasokan alias halving. Sedangkan proses halving terkait dengan penambang di jaringan bitcoin.
Para penambang menjalankan komputer khusus yang canggih untuk memecahkan kriptografi rumit guna memvalidasi transaksi di jaringan bitcoin. Mereka akan dihargai dengan imbalan penambangan (block reward).
Namun, proses halving akan memotong setengah dari block reward itu. Proses halving akan memberi sinyal utama mengenai pasokan bitcoin.
Proses halving terjadi setiap empat tahun sekali. Halving terakhir terjadi pada Mei 2020.
Pada 2021, bitcoin pun mencapai rekor harga tertinggi sepanjang masa yakni US$ 68.000.
Kejadian serupa terjadi pada 2016. Setahun setelah halving, harga bitcoin meroket. Namun kemudian terus anjlok sejak Desember 2017.
Sejalan dengan pola tersebut, harga bitcoin anjlok 50% dari rekor tertingginya sejak November 2021. Dikutip dari CoinMarketCap, harga bitcoin US$ 36.982 per koin di perdagangan (22/2).
Sedangkan halving berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 2024.
"Jika lingkaran ini berlanjut, maka sekarang ini pasar berada pada tahap awal penurunan atau bearish. Pada akhir 2024 hingga awal 2025 pasar dapat menyambut bullish," kata Du Jun dikutip dari CNBC Internasional, Senin (21/2).
Meski begitu, sulit memprediksi secara pasti lonjakan harga bitcoin. Ini karena ada banyak faktor yang memengaruhi pasar.
"Ini terkait geopolitik termasuk perang, atau Covid-19 baru-baru ini," katanya.
Sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan bahwa musim dingin kripto, termasuk bitcoin telah tiba. Artinya, harga di pasar berguguran dalam jangka waktu panjang.
Mantan kepala kripto di Meta David Marcus menyebut periode saat ini seperti 2017 dan 2018. "Ini saatnya berfokus pada pemecahan masalah nyata dibandingkan memompa token," katanya dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (25/1).
Head of foreign exchange research di UBS James Malcolm juga mengatakan, periode saat ini akan menjadi cukup sulit dan berpotensi berkepanjangan.
"Jadi analogi musim dingin kripto cukup bagus. Ingat, musim dingin kripto pada 2018 tidak hanya selama beberapa bulan, pada dasarnya diperpanjang selama satu tahun penuh," katanya dikutip dari Al-Jazeera, Selasa (25/1).