Setengah dari startup teknologi finansial atau fintech termasuk pinjaman online atau pinjol dan pembayaran di Indonesia sedang mencari investasi. Namun perusahaan rintisan tengah menghadapi tech winter alias ketatnya pendanaan.
Hal itu berdasarkan AFTECH Annual Members Survey 2022/2023 bekerja sama dengan Katadata Insight Center, dan didukung oleh Women's World Banking.
Riset dilakukan selama kuartal II, dengan menggabungkan penelitian primer dan sekunder dalam menganalisis data. Ada 75 responden yang berpartisipasi.
Rincian status investasi fintech termasuk pinjaman online atau pinjol dan pembayaran, yakni:
- 52% Mencoba mengumpulkan investasi
- 1,3% Mengumpulkan investasi lebih dari yang dibutuhkan
- 18,7% Mengumpulkan investasi yang cukup
- 26,7% Tidak mencari investasi
- 1,3% Tidak bisa mendapatkan investasi
“Sebanyak 62,1% startup pinjaman online atau pinjol dan 54,5% fintech pembayaran masih membutuhkan pendanaan,” demikian kata laporan AFTECH, Senin (28/8).
Selain itu, 50% fintech wealth management dan 43,8% inovasi keuangan digital alias IKD juga mencari pendanaan tambahan. Hanya fintech Securities Crowdfunding (SCF) yang tidak.
Sementara fase pendanaan startup fintech termasuk pinjaman online atau pinjol dan pembayaran di Indonesia sebagai berikut:
- 28% Seed stage
- 17,3% Pre-seed stage
- 10,7% Seri A
- 10,7% Seri B
- 9,3% Pendanaan mandiri
- 8% Seri C
- 8% Lainnya (Pra IPO, Seri E)
- 5,3% Seri D
- 2,7% IPO
Sumber startup fintech termasuk pinjaman online atau pinjol dan pembayaran di antaranya:
- 38,7% modal ventura
- 36% pendanaan mandiri
- 33,3% Ekuitas swasta
- 29,3% Angel investor
- 8% teman dan keluarga
- 8% pinjaman
- 4% IPO
- 2,7% pemerintah
Asal negara sumber pendanaan startup fintech termasuk pinjaman online atau pinjol dan pembayaran yakni:
- Indonesia 57,3%
- Singapura 20%
- Cina 8%
- Negara ASEAN lainnya 5,3%
- Jepang 4%
- Uni Eropa 1,3%
- Amerika Serikat 1,3%
- Lainnya 2,7%