Aplikasi Pelacak Sebaran Virus Corona CovidLock Terinfeksi Ransomware

Katadata
Ilustrasi, aplikasi ponsel. Aplikasi deteksi corona, CovidLock dilaporkan disusupi ransomware yang menyandera ponsel atau perangkat dan meminta tebusan US$ 100 untuk membuka blokir.
19/3/2020, 11.56 WIB

Aplikasi pelacak sebaran virus corona, CovidLock dilaporkan disusupi ransomware, yang membuat penggunanya berpotensi terkena pemerasan hingga US$ 100 dalam bentuk bitcoin.

Dilansir dari The Financial Express, Rabu (18/3), temuan adanya ransomware tersebut diungkap oleh perusahaan keamanan asal Amerika Serikat (AS), Domain Tools, yang menemukan adanya ancaman ransomware, yang mempengaruhi keamanan ponsel, uang dan data pribadi pengguna.

"Karena banyak orang ketakutan akan sebaran virus corona, penjahat dunia maya memanfaatkannya dengan menyisipkan ransomware di aplikasi yang tidak berbahaya di ponsel pengguna," tulis Domain Toolds dalam Blognya, dikutip dari The Financial Express pada Rabu (18/3).

Aplikasi CovidLock merupakan aplikasi Android. Meskipun tidak tersedia di Google Play Store, namun CovidLock tersedia di situs web coronavirusapp. Menurut Domain Tools, setiap kali pengguna menginstal aplikasi CovidLock, ia akan dimintai berbagai izin.

Izin ini termasuk akses untuk layar kunci di ponsel pengguna dan begitu pengguna mengizinkan semua fitur yang diminta, ponsel terkena retas dan diminta untuk membayar uang tebusan.

(Baca: Bug Facebook Membuat Informasi Resmi Tentang Virus Corona Sebagai Spam)

Tebusan senilai US$ 100 atau Rp 1,6 juta dalam bentuk bitcoin, merupakan imbalan untuk membuka kunci ponsel yang sebelumnya diretas. Peretas memberikan waktu hingga 48 jam kepada pengguna untuk membayar tebusan.

Mengutip Gizchina, Selasa (17/3), setelah aplikasi itu diinstal pada ponsel pengguna, ransomware akan dengan cepat mengunci perangkat. Kemudian, peretas mengancam apabila uang tebusan tidak diberikan, data di ponsel milik pengguna akan dihapus atau diungkapkan ke jejaring sosial.

"Jika pengguna mencoba sesuatu yang bodoh, data pada ponsel akan terhapus secara otomatis," kata peretas dikutip dari Gizchina pada Selasa (17/3).

Seorang peneliti keamanan komputer di Domain Tools, Tarik Saleh mengatakan, peretas memanfaatkan kondisi pada saat orang dalam posisi rentan.

"Mereka (peretas) menggunakan peristiwa dramatis yang menyebabkan orang menjadi emosional atau takut, untuk mendorong keuntungan mereka," kata Tarik seperti dilansir Gizchina.

Ia mengimbau pengguna ponsel berhati-hati dalam meng-install aplikasi khusus untuk mendapatkan informasi corona. Jangan malah mengikuti situs yang tidak resmi terhubung dengan pandemi corona. Selain itu, ia mengimbau agar pengguna mengaktifkan anti virus di ponsel untuk mencegah ransomware.

(Baca: Jangan Asal Unduh, Aplikasi Android Ini Berbahaya)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan