Peretail Online Tak Bisa Geser Belanja Barang FMCG secara Konvensional

Arief Kamaludin | Katadata
Sejumlah pembeli berbelanja di Pasar Swalayan Tip Top, Jakarta, Senin, (21/07).
23/11/2019, 12.02 WIB

Pergeseran penjualan perusahaan retail dari konvensional ke secara online, seperti produk food and beverage (F&B) dan fashion, terus berlangsung. Namun, menurut Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), tren bisnis produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) umumnya masih secara konvensional.

Staf Ahli Hippindo Yongky Surya Susilo mengatakan perusahaan FMCG yang umumnya berupa produk barang sehari-hari sudah memiliki tingkat distribusi yang cukup luas di Indonesia. Seperti, warung kelontong ataupun toko swalayan yang kini sudah menyediakan berbagai produk tersebut di sekitar rumah penduduk masyarakat.

Sehingga, kata Yongki, saat ini tren bisnis produk sehari-hari masih belum membutuhkan penjualan secara online. "Saya rasa masih 5 sampai 10 tahun lagi untuk bisa berbelanja FMCG secara online, karena mereka masih bisa berjalan kaki (ke warung kelontong atau toko swalayan), mereka tidak perlu browsing untuk berbelanja," ujar Yongky kepada Katadata.co.id, Jumat (22/11).

(Baca: Tergerus Toko Online, Peretail Modern Mulai Produksi Barang Sendiri)

Dia menyadari ada beberapa produk FMCG yang mulai gencar menjalankan penjualan secara online, seperti kosmetik dan produk kebutuhan bayi. Sebab, menurutnya, kedua jenis produk tersebut tak selalu ada di toko konvensional. Perubahan tren bisnis retail juga sudah menyasar produk F&B. Ia mencontohkan, maraknya konsumen khususnya para milenial yang sering kali membeli makanan lewat jasa food delivery ataupun ojek online.

Selain itu, ada beberapa produk retail lain yang marak penjualannya secara online, berupa produk fashion hingga travel. "Kalau searching melihat 'pemandangan' hotel atau pakaian kan enak. Tapi kalau melihat air minum, mi instant, itu kan berbeda (pengalamannya)," ujarnya.

Ia mengatakan, digital marketing kini memang semakin marak dilakukan para pemilik bisnis retail. Namun, pemasaran produk FMCG secara online belum begitu terlalu menghasilkan perhatian yang besar dari konsumen. "Ketika diteliti, ternyata brand awarness konsumen terhadap produk FMCG masih sangat rendah," ujarnya. Hanya, ia tidak merinci seberapa rendah tingkat perhatian tersebut.

Ke depan, menurut Yongki, tren pemasaran digital bakal lebih masif menyasar produk-produk yang bermerek kecil seperti milik usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).