Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Pameran startup teknologi dan inovasi industri anak negeri di Hall B JCC, Jakarta, pada Kamis (3/10). Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 menyebutkan, pendanaan yang diperoleh startup di bidang digital ekonomi di Indonesia mencapai US$ 1,8 miliar atau Rp 23,8 triliun sepanjang Semester I 2019.
Penulis: Desy Setyowati
7/10/2019, 15.21 WIB

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2019 menyebutkan, pendanaan yang diperoleh startup di bidang digital ekonomi di Asia Tenggara mencapai US$ 7,6 miliar atau sekitar Rp 106,2 triliun per Semester I 2019. Sedangkan di Indonesia, investasinya sebesar US$ 1,8 miliar atau Rp 23,8 triliun.

Joint Head, Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani mengatakan, pendanaan yang masuk ke sektor ekonomi digital Indonesia itu atas 124 kesepakatan. Nilai tersebut sama dengan enam bulan pertama tahun lalu, dari 157 kesepakatan.

Rohit menilai, pendanaan ke startup di Indonesia dan Vietnam pertumbuhannya merupakan yang terbesar di regional. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital dan penetrasinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara yang juga tertinggi.

“Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka,” kata Rohit saat konferensi pers di kantor Google, Jakarta, Senin (7/10).

(Baca: Riset Google: Nilai Ekonomi Digital Indonesia Saat Ini Rp 568 Triliun)

Namun, nilai pendanaan itu bisa saja lebih tinggi karena Gojek memperoleh pendanaan dari AIA Financial, Visa, dan Siam Commercial Bank (SCB) pada paruh kedua tahun ini. Lalu, beberapa startup juga mendapat tambahan modal pada Semester II 2019.

Jika dihitung sejak 2016, startup Indonesia sudah memperoleh US$ 11,6 miliar hingga Semester I 2019. Secara keseluruhan, startup di Asia Tenggara memperoleh US$ 37 miliar sejak 2016.

Di Asia Tenggara, startup di sektor berbagi tumpangan (ride hailing) dan e-commerce paling banyak menerima pendanaan selama Semester I 2019. Masing-masing memperoleh investasi US$ 2,5 miliar dan US$ 3,5 miliar.

(Baca: Setelah OVO, Menteri Kominfo Sebut Dua Startup Berpeluang Jadi Unicorn)

Sejak 2016, pendanaan ke kedua sektor ini memang yang paling besar. “Tapi jangan lupakan teknologi finansial (fintech). Sektor ini pengaruhnya luas,” kata Rohit.

Setidaknya, 11 startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar atau unicorn di Asia Tenggara telah menerima pendanaan US$ 24 miliar sejak 2016. Khusus pada Semester I 2019, investasi yang diperoleh mencapai US$ 5,1 miliar.

Lalu, ada lebih dari 70 startup yang valuasinya mendekati unicorn (aspiring unicorn) di Asia Tenggara. Mereka sudah memperoleh US$ 1,1 miliar sepanjang Semester I 2019. Sejak 2016 hingga Semester I 2019, startup ini memperoleh US$ 5,9 miliar. “Kami tidak terkejut jika di antara aspiring unicorn ini menjadi unicorn tahun depan,” kata dia.

Reporter: Desy Setyowati