Investasi Startup Tembus US$ 5,5 Miliar, Unicorn Kantongi Porsi Besar

Katadata/Desy Setyowati
Suasana GoStartupIndonesia Scale Con 2018 yang digelar oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Mandiri Capital di Jakarta, Senin (03/12).
Penulis: Pingit Aria
19/3/2019, 16.21 WIB

Sepanjang 2018, pendanaan yang masuk ke startup Indonesia mencapai US$5,5 miliar. Di antaranya, US$ 2,5 miliar masuk ke empat unicorn, yakni Gojek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. Jumlah investasi untuk unicorn ini tumbuh 100% dibanding tahun lalu.

Menurut Startup Report 2018 DailySocial, ada 54 pengumuman pendanaan untuk startup non-unicorn pada 2018. Sementara, nilai investasi yang masuk mencapai total sekitar US$ 3 miliar.

Hal lain yang dibahas dalam riset tersebut adalah pertumbuhan bisnis unicorn dan calon unicorn. Termasuk, startup centaur yang valuasinya telah melampaui US$100 juta.

(Baca juga: Rudiantara Anggap Janji 3.500 Startup ala Ma'ruf dapat Tercapai)

“Ada sembilan startup yang memiliki nilai valuasi centaur, diharapkan tahun ini Indonesia bisa menambah startup unicorn baru, khususnya di sektor fintech," kata Amir Karimuddin, Head of Editorial and Research DailySocial.id, melalui siaran pers, Selasa (19/3).

Di antara startup centaur, Kredivo, Halodoc, Ruangguru, Warung Pintar, IDN Times, Modalku dan Blibli nilainya di atas US$ 100 juta. Kemudian Akulaku diprediksi telah melampaui US$ 500 juta dan OVO di atas US$ 900 juta.

Startup Report 2018 juga memperhatikan para pendatang baru. Tahun ini, Daily Social melalui DS Research meliput 142 startup baru.

Di antaranya, startup SaaS (Software-as-a-Service) menjadi kategori populer dengan 16 perusahaan baru, diikuti fintech (13 startup baru), edutech (12 startup baru), travel (11 startup baru), on-demand service (10 startup baru), dan marketplace (10 startup baru).

(Baca juga: Asosiasi E-Commerce: 3.500 Startup Bisa Tercapai Tapi Sulit Bersaing)

Initial public offering (IPO) juga mulai menjadi strategi bagi startup di Indonesia untuk meraih modal. Meskipun secara jumlah masih kalah dibanding transaksi merger and acquisition (M&A).

"Semakin matangnya industri berbasis teknologi di Indonesia diharapkan terus mendorong perekonomian, khususnya yang berbasis digital, dan inklusi keuangan ke segala lapisan masyarakat," kata Amir.