Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menyebut investasi di sektor pariwisata secara global mengalami penurunan sebesar 20 % pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, ia optimistis pertumbuhan sektor ini akan meningkat pada 2019.
“Melihat tren seperti jumlah wisatawan, pertumbuhan di sektor airline, (sektor) lifestyle saya yakin investasinya akan lebih kencang lagi di tahun ini dan tahun depan,” ujar Thomas saat ditemui di ICE BSD City, Banten, Senin (11/3).
Thomas mengatakan, lembaganya tengah mendorong sinergi antara pelaku ekonomi digital dengan sektor pariwisata. Ia berharap para pelaku bisnis maupun pemerintah daerah dapat mengembangkan investasi pariwisata melalui peranan aplikasi daring maupun media sosial.
Dengan sinergi tersebut, menurut dia, pertumbuhan industri pariwisata bisa naik seiring dengan perkembangan teknologi digital. Wisatawan pun dapat dengan mudah mencari informasi mengenai objek wisata, restoran atau cafe, memesan hotel, hingga mencari atraksi hiburan.
(Baca: Kembangkan Potensi Daerah, BKPM Gelar Regional Investment Forum)
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia Rudiantara mengatakakan pergeseran pola pikir sektor pariwisata yang hanya dilihat dari nilai investasinya merupakan hal yang salah. Menurut dia, seharusnya dibangun mindset bagaimana menumbuhkan tingkat keuntungan dari pelaku bisnis dan ekosistemnya.
“Jadi kita melihat industri digital itu bukan sebagai investasi, justru sebagai berapa peningkatan revenue-nya (keuntungan),” ujar Rudi.
Hal ini sejalan target nilai ekonomi digital Indonesia di 2020 yang mencapai USD 130 miliar atau sekitar Rp 1.857 triliun. Angka itu lebih dari 11 % Gross Domestic Product (GDP) Indonesia.
Untuk mencapai hal itu, BKPM dan Kemenkominfo turut bersinergi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi digital dan pariwisata. Salah satunya lewat acara Regional Investment Forum (RIF) yang berlangsung hari ini dengan mengundang berbagai pelaku ekonomi digital maupun pemerintah daerah.
Turis milenial
Kementerian Pariwisata sebelumnya juga mengatakan akan mengembangkan pariwisata berbasis teknologi digital atau tourism 4.0 untuk menarik wisatawan milenial. Jumlah wisatawan milenial diprediksi mencapai 50% dari keseluruhan turis inbound ke Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan berlipat.
“Sebagai perbandingan, Malaysia dalam program tourism 4.0 menargetkan pertumbuhan 4 kali lipat pada 2030, sedangkan Spanyol menjadi negara yang paling berhasil dalam melakukan itu,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya pecan lalu.
Arief mengatakan, wisatawan milenial punya ciri khas perilaku yang cenderung lebih mandiri dan individual. Ia mencontohkan, wisatawan Tiongkok yang dahulu dikenal karena kerap bepergian secara berkelompok, sekarang lebih banyak yang menjadi individual.
(Baca: Menteri Pariwisata Minta Maskapai Turunkan Tarif Tiket Pesawat)
Menurut pengamatannya, Spanyol berhasil menerapkan pariwisata 4.0 di beberapa destinasi utamanya dengan membangun ekosistem digital mulai dari inspirasi, kedatangan, obyek wisata, hingga seusai perjalanan (post-trip).
Karena itu, Kementerian Pariwisata sedang mempersiapkan transformasi menuju tourism 4.0. “Suka atau tidak suka, sudah terjadi perubahan perilaku pasar. Semua telah bergeser ke arah digital dan saat ini industri dunia telah bergeser ke arah industri digital era 4.0,” kata Arief Yahya.