Tesya Nurintan merupakan satu dari enam perwakilan Indonesia yang mengikuti konferensi Google I/O di San Francisco, Amerika Serikat pada 8 - 10 Mei 2018 lalu. Tak ingin menjadi pintar sendiri, ia mengembangkan aplikasi yang diberi nama Sukacare.
Aplikasi tersebut membantu difabel untuk belajar mengenai teknologi. "Saya kembangkan bersama lima orang, sejak pertengahan tahun ini," kata mahasiswi Teknik Informatika, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, Kamis (6/12).
Aplikasi Sukacare ini terbagi dalam dua segmen, yakni untuk mentor dan siswa. Untuk mentor, ada fitur yang memungkinkan mereka merekam suara yang berisi materi pembelajaran. Begitu ada pertanyaan dari siswa melalui aplikasi, mentor langsung bisa merespons dengan merekam suaranya dan memberikan jawaban.
Nah, materi tersebut bisa didengar oleh siswa tunanetra melalui aplikasi yang sama. Lalu, bagi siswa tunarungu, aplikasi ini memiliki fitur yang memungkinkan rekaman dari mentor diubah ke dalam bentuk teks. Maka, siswa tunarungu bisa membaca materi dan penjelasan mentornya.
(Baca juga: 1 Juta Unit Usaha di Indonesia Terhubung dengan Google)
Tesya juga menjadi Developer Student Club (DSC) lead di kampusnya. DSC merupakan bagian dari program pelatihan yang diselenggarakan oleh Google di Indonesia. Sebagai DSC lead, Tesya rutin menggelar workshop pemrogaman setiap dua pekan yang terbuka untuk umum. Selain itu, ia rutin mengadakam seminar dan talk show mengenai teknologi.
Perkiraannya, sekitar 100 orang menghadiri setiap seminar. Namun yang rutin mengikuti setiap kegiatan DSC sekitar 25 orang. "Tujuannya itu untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM), dari yang tidak tahu coding menjadi tahu. Kemudian bisa membuat aplikasi sendiri," katanya.
Google akan kembali memberikan pelatihan seputar teknologi kepada 100 ribu Warga Negara Indonesia (WNI) hingga 2020. Bila sebelumnya pelatihan Google fokus pada pembuatan situs dan aplikasi. Kali ini pelatihannya fokus pada kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan mesin pembelajar (machine learning).
"Beberapa tahun ke depan, AI punya potensi lebih besar untuk memecahkan masalah di Indonesia. Maka sangat penting untuk mempermudah akses teknologi AI," kata Public Policy & Government Relations Manager at Google Danny Ardianto.