Studi jejaring profesional LinkedIn yang berjudul LinkedIn Opportunity Index menyebut setengah dari responden di Indonesia ingin membuka usaha sendiri atau menjadi enterpreneur. Besaran ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia.
Studi ini melibatkan 11 ribu responden dari sembilan negara yakni Indonesia, Australia, Tiongkok, Hong Kong, India, Jepang, Malaysia, Filipina, dan Singapura. Di Asia, negara yang penduduknya paling berminat berwirausaha adalah Filipina yakni 53% dari responden.
Managing Director LinkedIn in Asia Pacific Olivier Legrad mengatakan, Indonesia menjadi negara yang paling percaya diri dalam menatap masa depan. "Pertumbuhan jumlah tenaga kerja di Asia Pasifik bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi regional, jika dikelola secara efektif," kata dia dalam siaran pers, Rabu (28/11).
Kondisi ini bertolak belakang dengan negara maju seperti Jepang, Hong Kong, dan Australia yang masyarakatnya cemas terhadap kondisi perekonomian negara masing-masing. Alhasil, hanya 13% responden di Australia, 13% di Hong Kong, dan hanya 7% dari responden Jepang yang ingin memulai bisnis baru.
Di Indonesia, 38% responden merasa ada peluang untuk membuka bisnis baru. Padahal 40% responden di Asia memilih menjaga keseimbangan kehidupan karier dan personal, ketimbang membuka bisnis baru.
(Baca juga: Sebelum Membuat Rencana Bisnis Pastikan Punya Tiga Hal Ini)
Lalu, 82% responden di Indonesia menyatakan bahwa mereka turut membantu orang lain untuk terhubung dengan kesempatan kerja yang lebih baik. Di antara mereka, 56% mau membantu memperkenalkan kerabatnya ke pencari kerja dan 47% menuliskan surat referensi kerja bagi kerabatnya. Data ini merefleksikan budaya gotong royong di Indonesia.
Meski begitu, 94% responden di Indonesia percaya bahwa ketekunan dan kerja keras menjadi kunci untuk memajukan hidup di masa depan. Di samping itu, 93% responden merasa perlu menerima perubahan, 80% memiliki koneksi yang tepat, dan 84% harus memiliki pendidikan yang baik.
Hanya, 35% responden di Indonesia percaya bahwa keterbatasan finansial menjadi halangan terbesar dalam meraih peluang di masa depan. Sebanyak 29% juga menyatakan, kurang luasnya koneksi dan jaringan relasi menjadi hambatan terbesar kedua. Hambatan lainnya adalah rasa takut akan kegagalan, yang disampaikan oleh 22%.
"Hambatan-hambatan yang dikemukakan dalam hal mengejar peluang hidup memang nyata terjadi," kata Legrad. "Kabar baiknya, mereka selalu dapat menemukan komunitas yang bisa membantu baik untuk mempelajari keahlian baru, menjalin relasi, dan berbagi ilmu. Mala dapat saling membantu membuka peluang."
Sekadar informasi, LinkedIn memiliki 153 juta pengguna. Sebanyak 11 juta pengguna di antaranya berasal dari Indonesia. Indeks ini dijadikan tolok ukur untuk memahami bagaimana masyarakat melihat peluang di masa depan dan juga hambatan-hambatan dalam meraihnya.