Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara meyakini Indonesia mampu menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Menurutnya, Asia akan menjadi penggerak utama kreativitas dan inovasi. "Siapa yang akan menduga, 57% dari pendapatan global pada 2022 akan bersumber dari sektor digital," kata Rudiantara dalam World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018 di Bali, Rabu (7/11).
Sementara di Indonesia, sumbangan transaksi elektronik diprediksi bisa menyentuh angka US$ 130 miliar atau sekitar 12% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2022 mendatang. Dengan begitu, Rudiantara mengatakan, ini bisa menjadi kabar baik bagi pemilik modal ventura global yang ingin berinvestasi ke startup lokal.
Secara global, Rudiantara memperkirakan pendapatan dari ekonomi digital mencapai US$ 23 triliun pada 2025 atau 24% secara PDB global. "Di kancah global, ekonomi digital tumbuh sangat pesat hampir dua kali lipat dari pada periode 2000-2016," katanya.
Indonesia menginisiasi kegiatan World Conference on Creative Economy (WCCE) 2018. Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf menyatakan, kontribusi produk kreatif terhadap ekonomi global diprediksi akan semakin besar.
(Baca juga: Konferensi Ekonomi Kreatif Dunia Dibuka di Bali)
“Ekonomi kreatif memiliki peranan yang penting dalam perekonomian dunia. Pada 2015 ekonomi kreatif berkontribusi US$ 2.250 miliar atau sekitar 3% dari PDB dunia. Industri ini juga mempekerjakan 1% dari populasi dunia,” kata Triawan pada forum yang sama.
Sejalan dengan perkembangan dunia, ekonomi kreatif nasional terus tumbuh dengan kontribusi lebih dari 7,4% terhadap PDB. Sebanyak 17 juta orang bekerja di sektor ekonomi kreatif atau 14% dari total pekerja dan didominasi oleh perempuan, yakni 54%.
Sementara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, menekankan kolaborasi merupakan hal yang penting, khususnya di sektor ekonomi kreatif. Oleh karena itu, tema Inclusively Creative dinilai sangat tepat karena ekonomi kreatif tidak boleh eksklusif dan membuka peluang untuk seluruh orang.
“Indonesia kaya warisan budaya yang memudahkan peningkatan industri kreatif, seperti fesyen, kuliner, seni, kerajinan, dan hiburan. Hal tersebut menjadi penggerak ekonomi Indonesia sehingga mampu menghadapi krisis ekonomi,” katanya.
(Baca juga: Perempuan Dominasi Kepemilikan Usaha pada Ekonomi Kreatif)
Menurut Retno, 700 etnis yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan modal utama dalam pengembangan ekonomi kreatif. Oleh karena itu, dia yakin Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi kreatif terbesar di Asia Tenggara.
WCCE merupakan konferensi tentang ekonomi kreatif pertama di dunia. Acara yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 6-8 November ini mengusung tema Inclusively Creative dengan mengangkat lima isu utama, yakni kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pembiayaan industri kreatif.
Kegiatan tersebut diikuti perwakilan 30 negara dan 1.500 peserta. WCCE juga akan merumuskan Deklarasi Bali yang nantinya diusulkan ke Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun depan.