Sewindu Beroperasi, Path Resmi Tutup Hari Ini

KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
18/10/2018, 09.44 WIB

Jejaring sosial Path resmi tutup pada hari ini, Kamis (18/10). Pengumuman ini pun sudah disampaikan Path sejak sebulan lalu, sehingga ada waktu bagi pengguna untuk menyalin data-datanya. Per hari ini, data-data pengguna yang pernah dibagikan ke media sosial itu tak lagi dapat disalin.

"Dengan berat hati kami mengumumkan bahwa kami berhenti menyediakan layanan yang kami cintai, Path," tulis Path dalam blognya, 17 September 2018 lalu.

Kendati sudah pamit, pengguna masih bisa membuka aplikasi ataupun situs Path. Pengguna juga masih bisa meninggalkan komentar. Hanya, aplikasinya sudah tidak bisa diunduh baik di Google Play Store atau Apple App Store sejak awal Oktober 2018. Pada 15 November 2018, Path benar-benar tidak akan bisa dibuka baik di aplikasi ataupun situs.

Dalam pernyataannya, Path menyampaikan bahwa perusahaan ini dibangun dengan tim kecil yang terdiri dari para desainer dan insinyur. "Selama bertahun-tahun kami mencoba untuk menjalankan misi kami, yakni merancang teknologi dan desain Path sebagai sumber kebahagiaan, makna, dan koneksi ke pengguna kami," demikian dikutip.

(Baca juga: Jumlah Data Akun Facebook yang Bocor 29 Juta, Bukan 50 Juta)

Dave Morin, Shawn Fanning, dan Dustin Mierau membangun Path pada November 2010. Saat itu, ketiganya menggalang dana senilai US$ 2,5 juta untuk mendirikan Path. Pada Februari 2011, Google berencana mengakuisisi Path senilai US$ 100 juta. Namun, tawaran itu ditolak oleh ketiganya.

Path merupakan media sosial yang fokus pada pertemanan terbatas. Awalnya, Path membatasi perkawanan pengguna hanya dengan 50 orang, namun Path kemudian menambahnya menjadi 150 orang pada 11 November 2011.

Kesan eksklusif itulah yang membuat peminat Path meningkat. Alhasil, aplikasi Path pernah diunduh 1 juta kali dalam kurun waktu 18 hari pada 11 Desember 2011.

Sejalan dengan perkembangan itu, Path mendapat tambahan dana senilai US$ 30 juta yang dipimpin oleh Redpoint Ventures pada April 2012. Hanya, Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Consumption/FTC) Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa Path mengambil data para pengguna di bawah 17 tahun. Path pun didenda US$ 800 juta pada Februari 2013.

Toh, jumlah pengguna Path pun terus meningkat. Pada Februari 2012, pengguna Path mencapai 2 juta orang. Berselang sebulan setelahnya, jumlah tersebut bertambah menjadi 3 juta orang. Lalu,  jumlah pengguna Path  mencapai  10 juta orang atau bertambah 1 juta orang tiap pekannya pada April 2013. 

Setelahnya, Path kembali menggalang dana senilai US$ 25 juta yang dipimpin oleh Kleiner Perkins Caufield and Byers pada Februari 2014. Bakrie Group pun turut berinvestasi meski nilainya kurang dari 1% terhadap total. Path pun membuka kantor perwakilan di Indonesia pada Februari 2015.

(Baca juga: Snapchat Gandeng Amazon Luncurkan Fitur Belanja Lewat Kamera)

Namun, Dave dan dua pendiri lainnya menjual Path dan pesan instan Path Talk kepada perusahaan media Daum Kakao Korp pada Mei 2015. Langkah inilah yang konon membuat Path terpuruk.

Mengacu pada data AppAnnie, Path bertengger di urutan 16 aplikasi paling populer di Play Store Indonesia pada 29 Mei 2014. Setelah diakuisisi oleh raksasa dari Korea tersebut, posisi Path turun menjadi 57 pada Mei 2016.

Setelah sewindu beroperasi, kini Path resmi mengundurkan diri. "Sekarang tak terhindarkan untuk mengakhiri layanan ini, sehingga kami (bisa) memprioritaskan pekerjaan untuk melayani Anda dengan produk dan layanan yang lebih baik," demikian dikutip. "Ini merupakan perjalanan yang panjang dan kami tulus berterima kasih kepada Anda."

Setelah pengumuman Path bakal ditutup, para pengguna pun ramai-ramai mengunduh kembali aplikasi Path. Selain untuk menyalin data, para pengguna mengunggah tangkapan layar dari aktivitas yang dulu sempat dituliskan di Path. Netizen bahkan meramaikan Twitter Indonesia dengan tagar #terimakasihPath pada 17 September lalu.

Reporter: Desy Setyowati