TCash telah resmi menjadi platform uang elektronik open loop yang terbuka bagi operator lain. Hanya, untuk sementara pengguna operator telekomunikasi lain hanya bisa mengakses TCash melalui ponsel pintar (smartphone).
Hal itu berbeda dengan pengguna Telkomsel yang bisa mengakses TCash melalui ponsel biasa (feature phone). Meski, nantinya akses TCash pada ponsel biasa melalui kode Unstructured Supplementary Service Data (USSD) *188# juga akan dibuka untuk operator lain.
CEO TCash Danu Wicaksana menyatakan, 57% dari total pengguna TCash yang mencapai sekitar 20 juta mengaksesnya dari feature phone. Hal ini merupakan keunikan TCash, sebab mayoritas aplikasi sistem pembayaran elektronik hanya bisa digunakan melalui smartphone.
"Visi kami memang TCash bisa dipakai semua orang," kata Danu saat peluncuran layanan agnostik di kantornya, Jakarta, Selasa (17/7).
(Baca: Transaksi Tumbuh 163%, BI Perketat Pengawasan Uang Elektronik)
Selain itu, TCash menargetkan 80-100 ribu mitra bergabung pada penghujung 2018. Saat ini, jumlah mitra TCash hanya 42 ribu. Secara bertahap, layanan seluruh mitra juga akan beralih menggunakan teknologi Quick Response (QR) Code.
Di sektor transportasi, TCash juga bisa digunakan untuk layanan Trans Semarang dan Blue Bird. Head of T-Cash Lifestyle Herman Suharto mengatakan, perusahaannya tengah mengkaji kerja sama dengan pengelola Trans Jakarta, Trans Jogja, Trans Bandung, dan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) Palembang. "Hanya, Trans Jakarta infrastruktur untuk membaca QR itu kan belum ada," ujarnya.
TCash juga akan bisa dipakai untuk membayar retribusi pembuangan sampah di beberapa daerah. TCash juga tengah berdiskusi dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) agar pembayaran denda akibat pelanggaran, bisa dilakukan melalui TCash.
(Baca juga: Naik 10 Kali Lipat, Uang Elektronik OVO Targetkan 60 Juta Pengguna)
Semakin luasnya cakupan layanan TCash diharapkan akan meningkatkan jumlah pengguna hingga mencapai 40 juta pada akhir tahun ini. Toh, angka itu masih lebih rendah dari PT Visionet Internasional (OVO) yang menargetkan 60 juta di akhir 2018.
Untuk mencapai target itu, OVO juga mengusung strategi open loop dengan menggandeng PT Bank Mandiri Tbk, PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart), Grab, dan PT Moka Teknologi Indonesia (Moka).