Ramainya kedai-kedai kopi di Jakarta dan kota-kota sekitarnya menarik pengusaha daerah untuk menjajal peruntungan. Aming Coffee dari Pontianak misalnya, turut dalam kemeriahan Go-Food Festival Gelora Bung Karno (GBK).
Partisipasi dalam acara yang digelar oleh Go-Jek Indonesia ini sekaligus menjadi tes pasar. Dalam waktu dekat, Aming Coffe akan membuka cabang di daerah Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan.
Hijrah ke kota besar tak membuat Aming Coffee meninggalkan ciri khas pada racikan menu utamanya: kopi saring, kopi susu, dan teh tarik. Ketiga menu tersebut bisa dipesan panas maupun dingin.
Biji kopinya pun asli dari Punggur, Kabupaten Kubu Raya. Namun, kedai itu juga menyajikan kopi robusta asal Sumatera. Dijual dengan harga termahal Rp 26 ribu per cangkir, racikan kopi dan the Aming Coffee terbilang kuat dibanding kedai-kedai kopi lain di Jakarta.
"Teh dan kopinya racik sendiri," kata Tomy, salah seorang pramuniaga Aming Coffee di Go Food Festival Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Rabu (9/5).
Telah berdiri sejak 2002, Aming Coffe menjadi semakin terkenal sejak Presiden Joko Widodo singgah ke kedainya saat berkunjung ke Pontianak pada Desember 2017 lalu. Sejak itu, ketiga lokasi Aming Coffee di Pontianak tak pernah sepi, meski jam bukanya cukup panjang dari pukul 06.00 hingga 23.00.
Di kota asalnya, Aming Coffee juga menjual kopi bubuk racikan sang pemilik, Limin Wong atau yang akrab disapa Aming. Selain itu, ada juga menu khas Pontianak pendamping kopi seperti kue lemper, cengkarok, gamat, dan cucur. Bagi konsumen di luar Pontianak, kopi racikan Aming pun bisa dipesan konsumen melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.
Ramainya pengunjung dan pesanan Aming Coffee pun membuat Go-Jek mengundang mereka untuk mengisi booth di Go Food Festival Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Meski baru pertama kali hadir di Ibu Kota, Tomy menyebutkan ada sekitar 20-26 pesanan per harinya. Biasanya, pesanan ramai pada saat jam makan siang dan akhir pekan.
Vice President Corporate Communications Go-Jek Michael Say mengatakan, seleksi mitra untuk menempati booth di Go-Food festival memang dilakukan melalui analisis big data. Ada dua indikator yang menentukan, yakni keaktifan dan volume transaksi. "Kedua indikator itu kami kaji per wilayahnya," ujarnya.