EV Growth, Perusahaan modal ventura bentukan Sinarmas, East Ventures dan Yahoo Jepang, menargetkan pendanaan sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2 triliun untuk startup di Indonesia. Pembiayaan tersebut bakal disalurkan kepada perusahaan rintisan di bidang digital dalam beberapa tahun.
EV Growth yang baru dirilis hari ini, sudah mengantongi komitmen senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,35 triliun. Sisanya, kata Managing Partner dan Pendiri East Ventures Willson Cuaca, terbuka bagi pemodal manapun. "Sudah ada beberapa yang kontak kami," ujar dia di Sinar Mas Land Plaza, Jakarta, Kamis (22/3).
Adapun pinjaman yang diberikan berupa suntikan modal tahap pertumbuhan, khususnya bagi startup series B ke atas. Yang mana, pada tahap tersebut, startup sudah memiliki rencana merambah pasar negara lain.
Maka dari itu, "kami akan berikan pendanaan sekitar US$ 5-US$ 15 juta per startup," tutur Willson. Menurut dia, nilai pinjaman tersebut tergolong besar di Asia Tenggara.
(Baca juga: DANA dari Emtek Ramaikan Persaingan Uang Elektronik Indonesia)
Jenis startup digital yang akan dibidik di antaranya yang terkait dengan e-commerce services, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), blockchain, dan big data analytics. Menurut dia, bidang-bidang tersebut sudah tampak potensinya untuk berkembang. "Tapi kami enggak bisa menentukan, tergantung market-nya," ujar Wilson.
Sementara itu, Penasihat Senior Sinar Mas Digital Ventures Franky Oesman Widjaja menambahkan, startup digital menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Ia mencatat, total pendanaan yang mengalir ke startup digital mencapai US$ 7,8 miliar di Asia Tenggara pada tahun lalu. Jumlah tersebut meningkat lima kali lipat dibanding 2015. Yang mana, Indonesia dan Singapura mendominasi, dengan mendapatkan investasi masing-masing 22,1% dan 71,2%.
Untuk itu, menurut dia saat ini adalah waktu yang tepat meluncurkan modal ventura yang fokus kepada startup digital. Yang mana, perusahaannya juga sudah menjalin kerja sama dengan East Ventures dan Yahoo Jepang sejak tujuh tahun lalu. Oleh karena itu, ia optimistis ketiga perusahaan ini memiliki keunggulan masing-masing untuk mengembangkan modal ventura di bidang digital.
(Baca juga: Kunci Ketahanan Pangan adalah Produktivitas)
CEO Yahoo Japan Capital Shinichiro Hori pun mengakui, startup digital di Indonesia sangat potensial. Dari enam unicorn yang ada di Asia Tenggara, misalnya, empat berada di Indonesia. "Itu berarti ada banyak ekspektasi ke depan. Kami percaya untuk investasi di sini, melihat kesuksesan pengusaha-pengusaha di Indonesia," ujar dia.
Senada dengannya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara optimistis, Indonesia bisa memiliki minimal lima unicorn pada 2019 nanti. Ia pun mengapresiasi langkah pembentukan modal ventura baru ini. "Setelah ini mungkin ada pertemuan dengan startup, nanti saya ajak," kata dia.
Sementara, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf berharap, ke depan ada modal ventura atau sejenisnya yang mau membiayai startup ekonomi kreatif, di luar digital. Industri perfilman, misalnya, merupakan sektor yang potensial untuk dibiayai. "Mereka butuh modal. Perkembangannya juga luar biasa. Pada 2015 hanya 16 juta penonton, tahun lalu sudah 42,7 juta," ujarnya.