Harga mata uang virtual bitcoin  kembali menguat hingga US$ 2.000 ke kisaran level US$ 7.900. Padahal, bitcoin sempat anjlok hingga menyentuh level terendahnya, di kisaran US$ 5.900 pada Selasa (6/2).

Mengutip Coindesk, Rabu (7/2), harga bitcoin sempat kembali ke level US$ 7.900 atau sekitar Rp 105 juta. Sementara, 12 jam sebelumnya, bitcoin sempat anjlok ke US$ 5.947 atau sekitar Rp 79 juta.

Bitcoin sempat menyentuh rekor  yakni lebih dari US$ 19 ribu atau setara Rp 252,7 juta pada Desember 2017 lalu. Namun, sejak saat itu harga bitcoin terus anjlok dan hingga kini tak pernah lagi menyentuh level US$ 10 ribu.

(Baca juga:  LINE Siap Terjun ke Bisnis Mata Uang Digital)

Salah satu pendiri dan chairman perusahaan teknologi blockball, US Bloq, Matthew Roszak optimistis harga bitcoin masih akan positif di tengah fluktuasi yang terjadi. Apalagi, saat ini kapitalisasi pasar bitcoin sudah melonjak hingga hampir mencapai US$ 100 miliar. Harga mata uang virtual lainnya pun terpantau menguat kembali.

"Semuanya ini (seperti) film, bukan fitur statis. Kami akan terus melanjutkan investasi, adopsi teknologi, menggali inspirasi untuk pengembangan,” kata Matthew dikutip Reuters, Rabu (7/2). 

Penguatan bitcoin juga diikuti oleh mata uang digital lain. Harga ethereum naik ke US$ 781. Adapun harga ripple mencapai US$ 0,76. (Baca juga: Jokowi Sebut Mata Uang Digital Sedang Diperebutkan Banyak Orang)

Di Amerika Serikat, Ketua Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka J Christopher Giancarlo menyatakan akan mengawasi pergerakan bursa mata uang virtual. Hal senada diungkapkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Sekuritas Jay Clayton. Upaya tersebut dibuat untuk mendorong regulasi guna melindungi investor, juga memastikan keamanan teknologi.

Bitcoin pertama kali dirilis pada 2009 dan sejak saat itu nilainya melonjak hingga 1.300%. Namun, nilai Bitcoin terus merosot dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran investor terhadap peretasan dan munculnya aturan-aturan di berbagai negara terkait cryptocurrency.

Reporter: Desy Setyowati