Pemerintah Inggris mempertimbangkan untuk membatasi layanan internet generasi kelima (5G) milik Huawei. Salah satu penyebabnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memutus hubungan kerja sama intelijen dengan negara yang memakai jasa perusahaan asal Tiongkok itu.
National Security Centre (NCSC) Inggris mengkaji dampak sanksi AS terhadap layanan Huawei. Padahal, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson setuju menggunakan teknologi Huawei pada Januari lalu.
Kini, ia menawarkan cara untuk meredakan ketegangan dengan AS. “Terus menggunakan (teknologi) Huawei akan memiliki dampak dramatis pada kemampuan kami untuk berbagi informasi (terkait keamanan),” katanya dikutip dari BBC, kemarin (25/5).
(Baca: Trump Tutup Komunikasi dengan Tiongkok, Perang Dagang Makin Rumit)
Anggota konservatif pemerintah Inggris juga mendorong Johnson untuk menyusun rencana pemblokiran layanan 5G Huawei sepenuhnya pada 2023. The Guardian dan Telegraph melaporkan, Johnson berencana membatasi pangsa pasar Huawei menjadi hanya 35%.
"Ini berita yang sangat bagus. Saya berharap dan percaya ini akan menjadi awal dari tinjauan lengkap dan menyeluruh tentang ketergantungan kami yang berbahaya pada Tiongkok," kata pemimpin konservatif Sir Iain Duncan Smith kepada The Guardian.
Johnson dan Trump pun akan bertemu dalam KTT G7 pada bulan depan. Memblokir layanan Huawei dinilai dapat mengamankan kesepakatan perdagangan pasca-Brexit.
(Baca: AS Perpanjang Larangan Penggunaan Produk Teknologi Huawei Hingga 2021)
Tanggapan Huawei terkait Kabar Bakal Diblokir Inggris
VP Huawei Victor Zhang mengatakan, pemblokiran teknologinya akan berdampak pada layanan internet di Inggris. "Menghapus Huawei secara serius akan menunda 5G, merugikan ekonomi Inggris hingga £ 7 miliar," kata Zhang dikutip dari Tech Crunch.
Perkiraan kerugian ekonomi tersebut merujuk dari studi Mobile UK yang dirilis tahun lalu. Mobile UK merupakan kelompok perwakilan operator jaringan di Inggris.
Konsultan yang menulis laporan Mobile UK, Matthew Howett mengatakan, pemblokiran layanan Huawei akan membutuhkan biaya yang besar. “Juga akan memakan waktu, karena mereka perlu mendapatkan akses ke semua situs tersebut untuk melakukan perubahan," katanya.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Huawei tahun lalu, pemblokiran akan meningkatkan biaya investasi 5G suatu negara sekitar 8%. Lalu, berkurangnya penyedia layanan 5G maka akan meningkatkan biaya 29%.
(Baca: Huawei Akan Bantu Kemenristek Terapkan Kecerdasan Buatan di Indonesia)