Huawei menilai sanksi dari pemerintah Amerika Serikat (AS) tidak berdampak langsung pada kemampuannya memasok perangkat teknologi 5G ke Inggris. Pemerintah Inggris telah memberi peran terbatas kepada perusahaan asal Tiongkok ini dalam mengembangkan jaringan 5G di negaranya.
Namun para pejabat Inggris meragukan kemampuan Huawei dalam menyediakan perangkat penting pengembangan jaringan 5G setelah AS menjatuhkan sanksi pada Mei 2020. Apalagi Perdana Menteri Boris Johnson telah mendapat tekanan dari Presiden Donald Trump, dan anggota parlemen di partainya sendiri untuk melarang Huawei karena masalah keamanan.
Wakil Presiden Huawei Technologies Co.Ltd. Victor Zhang memperingatkan agar para pejabat Inggris berpikir dengan hati-hati sebelum membuat apa yang disebutnya 'keputusan jangka panjang yang kritis'.
"Kami percaya penting untuk menunggu sampai semua fakta dan implikasinya diketahui. Sekarang bukan waktunya untuk terburu-buru dalam membuat keputusan penting tentang Huawei," ujar Zhang seperti dikutip dari Reuters, Kamis (9/7).
(Baca: Inggris Diprediksi Setop 5G Huawei dalam Beberapa Bulan karena Trump)
Zhang menegaskan bahwa sanksi dari AS tak berdampak pada kemampuan Huawei untuk memasok perangkat solusi 5G dan serta optik untuk Inggris. Dia mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk memahami dampak dari pembatasan tersebut.
"Akan memakan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui dampak dari langkah pemerintah AS tersebut yang bertujuan melumpuhkan kemampuan perusahaan memperoleh mikrochip canggih yang dibutuhkan dalam membuat peralatan telekomunikasi," ujarnya.
Wakil Presiden Huawei Victor Zhang mengatakan, akan memakan waktu berbulan-bulan untuk menentukan dampak dari langkah-langkah pemerintah AS tersebut yang diumumkan pada Mei lalu, di mana bertujuan untuk melumpuhkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan microchip canggih yang diperlukan dalam membuat peralatan telekomunikasi.
Pemerintah Inggris diperkirakan akan segera memutuskan apakah akan membatasi Huawei pada akhir bulan ini. Adapun hubungan Inggris dan Tiongkok menegang seiring keputusan Beijing untuk menyetujui undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong.
(Baca: Terancam Didepak Imbas Trump, Huawei Buat Pusat Penelitian di Inggris)
Sebelumnya, Inggris diperkirakan mulai menghentikan penggunaan jaringan 5G milik Huawei dalam beberapa bulan ke depan. Rencana ini tampak pada proposal yang tengah disusun oleh pejabat pemerintah.
The Daily Telegraph melaporkan, dalam proposal itu, pemerintah Inggris akan menghentikan pemasangan peralatan teknologi baru Huawei untuk 5G dalam enam bulan ke depan. Salah satu penyebabnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan sanksi kepada perusahaan asal Tiongkok itu.
Sanksi tersebut dinilai akan berdampak pada keamanan teknologi Inggris jika tetap menggunakan 5G Huawei. Kesimpulan ini didapat dari laporan agen mata-mata Badan Intelijen Inggris, GCHQ dalam laporan National Cyber Security Center GCHQ.
“Sanksi AS memiliki dampak ‘berat’ bagi perusahaan, yang secara signifikan mengubah perhitungan GCHQ,” demikian tertulis pada laporan yang dikutip Reuters. Namun, tak ada bocoran terperinci terkait risiko keamanan teknologi yang dimaksud.
(Baca: Khawatir Ribut dengan Trump, Inggris Kaji Blokir Layanan 5G Huawei)
Juru bicara PM Inggris mengatakan bahwa para pejabat akan segera menyelesaikan ulasan tentang implikasi dari sanksi AS terhadap Huawei. Begitu juga dampaknya terhadap keamanan teknologi Inggris, jika tetap menggunakan layanan Huawei.
Sebagaimana diketahui, Trump mengancam akan memutus hubungan kerja sama intelijen dengan negara yang memakai jasa Huawei. Johnson sempat mengabaikan ancaman itu dan berencana tetap menggunakan layanan Huawei, pada Januari lalu.
Namun, Johnson mengubah keputusannya pada Mei lalu. Perubahan terjadi karena Inggris tengah mengupayakan kesepakatan dagang dengan AS pasca-Brexit. Oleh karena itu, langkah Inggris membatasi layanan Huawei dinilai bisa memperkuat hubungan dengan Negeri Paman Sam.
Perlu diketahui, Huawei sempat setuju untuk membangun fasilitas penelitian senilai US$ 1,25 miliar atau Rp 17,8 triliun di Cambridge, Inggris setelah negara tersebut mempertimbangkan untuk membatasi teknologi 5G milik Huawei. Fasilitas penelitian ini akan menjadi markas bisnis komunikasi serat optik Huawei skala global.
(Baca: Huawei Kalah, Singapura Pilih Nokia dan Ericsson untuk Kembangkan 5G)