Gaji Karyawan Pindah ke Perusahaan Digital Naik 30%, Ini 2 Penyebabnya

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi, pengunjung melihat alat teknologi robot pada Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) 2019 di Jakarta Convention Center, Kamis (3/10/2019).
21/11/2019, 20.26 WIB

Riset Robert Walters Indonesia memperkirakan, gaji profesional yang pindah kerja dari perusahaan konvensional ke berbasis digital rerata naik 15-30% pada 2020. Hal ini terjadi karena startup tengah tumbuh.

Selain itu, beberapa perusahaan yang sudah lama berdiri (established companies) pun merambah layanan atau bisnis digital. “Mereka (profesional atau pegawai senior) yang dipromosikan atau berpindah kerja meminta kenaikan gaji 15-30%,” kata Tech Manager Robert Walters Indonesia Antonio Mazza di Jakarta, Kamis (21/11).

Perusahaan konsultan rekrutmen ini mencatat, rerata pegawai—baik profesional maupun junior—yang beralih ke korporasi berbasis digital meminta kenaikan gaji 20-30%. Daya tawar talenta digital yang tinggi ini terjadi karena dua faktor.

(Baca: Ketimbang Startup, Wirausaha dan PNS Lebih Diminati Generasi Muda)

Pertama, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang digital belum memenuhi kebutuhan industri. Kedua, pegawai yang keluar-masuk (turn over) di perusahaan digital mencapai 31% dalam dua tahun.

Kedua hal itu membuat persaingan untuk mendapatkan talenta digital semakin ketat. "Semua cari talenta digital seperti itu, tapi ketersediaannya sedikit," kata dia.

Antonio mencatat, ada tiga jenis keahlian yang paling banyak dicari perusahaan digital yaitu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), mesin pembelajar (machine learning), dan big data. Adopsi ketiga teknologi ini memang meningkat tajam di Indonesia.

Dari jenis pekerjaannya, yang paling banyak dicari yaitu software engineer, product manager, dan security related.  (Baca: Soal Talenta Digital, Indonesia Masih Kalah dari India)

Country Manager Robert Walters Indonesia Eric Mary memenambahkan, peningkatan gaji profesional di sektor digital itu selaras dengan perkembangan startup. "Di Indonesia, digitalisasi yang terus terjadi ini akan menjadi faktor utama dalam penentuan strategi perekrutan," kata dia.

Ia menilai, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang pertumbuhan ekonomi barunya paling pesat dalam lima tahun terakhir. Hal itu mendorong permintaan talenta digital di Tanah Air.

Riset ini dilakukan terhadap 806 tenaga profesional selama Januari-April 019. Kandidat atau tenaga profesional yang disurvei bekerja tiga tahun lebih.

Meski begitu, riset SEA Group pada tahun lalu menunjukkan bahwa milenial Indonesia lebih memilih bekerja sebagai wirausaha dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dibanding bekerja di startup

Riset itu dilakukan terhadap 14 ribu responden berusia di bawah 36 tahun. Sebanyak 24,4% responden memilih menjadi wirausaha. Lalu, 17,1% ingin menjadi PNS. Hanya 5,2% yang memilih bekerja di startup.

(Baca: Cerita Startup Habiskan Rp 1 Miliar untuk Rekrut Talenta Digital)