Keduanya bekerja sama di bidang pemberdayaan talenta melalui pertukaran pengalaman dan program pembinaan keahlian profesional. “Kolaborasi ini berawal dari visi yang sama untuk mempertegas posisi pemain lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Setyanto dalam siaran pers, November tahun lalu (17/11/2020).

Ia optimistis, kerja sama tersebut akan mengakselerasi transformasi Telkomsel sebagai digital telco company, serta melanjutkan pembangunan ekosistem digital inklusif dan berkelanjutan. “Kolaborasi akan terus menjadi fondasi kami dalam menghadirkan manfaat teknologi digital,” ujar dia.

Di sisi lain, investasi tambahan tersebut dilakukan oleh Telkomsel seiring dengan rencana merger Gojek dan Tokopedia. Sumber The Information mengatakan, kesepakatan antara kedua startup jumbo ditargetkan rampung pada bulan ini. 

“Manajemen puncak GoTo akan dipenuhi oleh para pemimpin senior dari kedua perusahaan, termasuk Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, serta CEO Tokopedia William Tanuwijaya dan Presiden Patrick Cao,” demikian dikutip dari Kr Asia, dua pekan lalu (14/4).

Menurut sumber Bloomberg, Gojek akan memiliki 58% saham GoTo, sementara Tokopedia sisanya. Nantinya, GoTo memiliki tiga unit bisnis yakni berbagi tumpangan (ride-hailing) di bawah naungan Gojek, kemudian e-commerce Tokopedia, dan layanan finansial, Dompet Karya Anak Bangsa alias DKAB.

CLSA Sekuritas memperkirakan nilai kapitalisasi pasar entitas gabungan kedua startup US$ 35 miliar – US$ 40 miliar (Rp 504 triliun – Rp 576 triliun).

Jika proyeksi itu benar, maka nilainya melebihi perusahaan induk Telkomsel yakni Telkom, yang punya valuasi Rp 329 triliun. Namun, valuasinya itu masih ada di bawah BCA sekitar Rp 838 triliun dan BRI Rp 585 triliun.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan