Pengertian Startup, Istilah, dan Bedanya dengan Bisnis Konvensional

Katadata/desy setyowati
Ilustrasi, tampilan aplikasi startup unicorn Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO
Penulis: Husen Mulachela
9/8/2021, 10.46 WIB

Istilah Startup barangkali sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.  Namun, apa sebenarnya pengertian startup, istilah apa saja yang sering digunakan dalam  dunia startup, dan apa bedanya dengan bisnis konvensional?

Pengertian Startup

Startup adalah sebuah istilah yang merujuk pada suatu bisnis atau perusahaan rintisan. Perusahaan rintisan merupakan perusahaan yang baru beroperasi dan masih berada pada fase pengembangan untuk menemukan pasar dan mengembangkan produk. Saat ini, istilah startup bisa lebih dikerucutkan lagi menjadi perusahaan rintisan yang mengacu pada bisnis berbasis teknologi.

Suatu perusahaan bisa dikatakan sebagai startup apabila memiliki 3 faktor, yaitu founder atau pendiri investor atau pemberi dana, serta produk atau layanan.

Dalam lingkup startup umumnya perusahaan rintisan yang dinilai berhasil dalam mengembangkan bisnisnya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu unicorn, decacorn, dan hectacorn. Startup yang masuk dalam kategori unicorn adalah perusahaan yang memiliki nilai korporasi lebih dari 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp14 triliun (kurs Rp14.000).

Startup kategori decacorn adalah perusahaan rintisan dengan valuasi mencapai 10 miliar dollar AS. Sementara untuk hectacorn mengacu pada perusahaan rintisan besar dengan valuasi 100 miliar dollar AS.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada 2013 oleh Aileen Lee, seorang pemodal ventura yang banyak menggelontorkan dana untuk perusahaan rintisan. Hewan mitos tersebut dinilai sebagai perumpamaan yang tepat. Pasalnya, perusahaan rintisan dengan nilai valuasi tersebut sangatlah langka.

Hingga saat ini belum ada kerangka kerja terperinci untuk menetukan valuasi perusahaan startup. Terlebih, sebagian besar perusahaan startup memilih merahasiakan jumlah pendanaan yang masuk.

Valuasi suatu perusahaan rintisan bisa didasarkan pada persetujuan antara founder dengan investor. Valuasi tersebut mempertimbangkan jumlah pendanaan dari investor,  besaran penjualan atau catatan transaksi lainnya, jumlah pengguna atau pasar, serta potensi di masa depan.

Perkembangan bisnis startup dimulai setelah masuknya angel investor alias pihak awal yang, dengan seluruh risikonya, berani berinvestasi terhadap konsep produk startup yang ditawarkan di saat para investor lain belum berani bertaruh. Karena masuk sebagai jajaran investor paling awal, angel investor sering menuntut detail dan akurasi produk, seperti aplikasi startup, strategi pasar, dan target pasar.

Ketika eksekusi awal berhasil, maka angel investor akan menjadi pemegang saham terbesar dalam perusahaan rintisan yang didanai. Namun, apabila gagal, maka dana yang digelontorkan akan lenyap begitu saja.

Di Indonesia, potensi pengguna internet yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadi suatu penunjang untuk mendirikan sebuah startup. Terlebih dengan kehadiran investor asing dan lokal, semakin memperbesar peluang kemunculan dan kesempatan perusahaan rintisan di Indonesia untuk berkembang. Apalagi, beberapa perusahaan besar diketahui melakukan investasi besar-besaran pada perusahaan startup lewat pembentukan perusahaan ventura.

Sejumlah startup di Indonesia sudah ada yang melampaui Unicorn, seperti Traveloka, Gojek, Bukalapak, Shopee, Tokopedia, dan OVO. Bidang yang digeluti startup ini juga bervariasi, mulai dari keuangan, pemasaran, ritel, hingga pelayanan.

Beda Perusahaan startup dengan konvensional

Baik perusahaan startup maupun konvensional, apabila ditinjau dari aspek legal, keduanya merupakan suatu perusahaan berbadan hukum. Namun, dari segi lainnya ada beberapa perbedaan mendasar antara perusahaan rintisan dan konvensional. Semisal, dari segi tujuan, pertumbuhan perusahan jadi prioritas utama startup sehingga perusahaan banyak menggelontorkan dana di fase awal dan hal ini tentunya sangat berisiko. Sementara, perusahaan konvensional bertujuan untuk secepatnya memberi profit kepada pemilik perusahaan.

Untuk hal pendanaan, founder startup umumnnya hanya mengeluarkan dana ketika mulai merintis bisnis, untuk selanjutnya apabila ada investor yang tertarik dan percaya pada bisnis tersebut, maka dana segar jutaan hingga miliaran akan digelontorkan. Sementara, perusahaan konvensional, pendanaannya bersumber dari satu atau lebih pemilik perusahaan. Selain itu, pendanaan perusahaan konvensional juga bisa berasal dari harsil profit yang diputar kembali.

Dari segi operasional, startup lebih banyak ditentukan oleh founder atau manajemen perusahaan. Investor pemberi dana tidak terlalu campur tangan dalam pengelolaan perusahaan. Para investor umumnya dilibatkan pada keputusan-keputusan strategis. Sementara pada perusahaan konvensional, operasioanl perusahaan banyak dipengaruhi oleh kehendak pemilik perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan, dalam beberapa kasus, pemodal maupun pemilik perusahaan masuk dalam manajemen perusahaan.

Istilah-Istilah dalam Startup

Ada beberapa istilah yang sering digunakan oleh orang-orang yang menggeluti dunia startup, antara lain:

  • Valuasi

Valuasi diartikan sebagai upaya penilaian perusahaan penyedia barang atau jasa dengan cara mengukur seluruh komponen yang berkaitan. Nilai valuasi bisa berubah-ubah, tergantung kondisi keuangan dan performa perusahaan. Untuk itu, penilaian valuasi dilakukan secara berkala.

  • Inkubator

Inkubator merupakan suatu program pelatihan yang diberikan kepada startup, membangun tim, serta belajar dari mentor profesional. Pelatihan inkubator biasanya memakan waktu 1-3 bulan.

  • Akselerator

Hampir mirip seperti inkubator, akselerator juga suatu organiasai atau program yang dimaksudkan untuk membantu perkembangan startup. Akserelator membimbing startup dalam mengembangkan idenya agar bisa menggaet investor.

  • Angel Investor

Angel investor merujuk kepada individu yang mempunyai kekayaan dengan nilai tinggi dan bersedia memberikan pendanaan kepaada perusahaan rintisan. Kendati merujuk pada individu, namun ada beberapa organisasi yang dibentuk dengan tujuan khusus untuk memberikan dana kepada startup, seperti ANGIN (Angel Investment Network Indonesia).

  • Bootstrap

Bootstrap adalah suatu proses di mana seseorang membangun startup dengan bermodalkan dana pribadi, keluarga, atau teman, tanpa adanya bantuan dari investor.

  • Burn rate

Dalam startup, istilah ini digunakan untuk uang yang dihabiskan sebagai modal. Dalam hal ini, akan dilihat sekiranya berapa burn rate dari perusahaan. Dari situ, dapat dihitung jumlah pengeluaran untuk modal di tiap bulannya.

  • Lean startup

Lean startup mengacu pada metode yang digunakan startup untuk mengembangkan perusahaan dalam waktu singkat berdasarkan feedback yang didapat dari pelanggan.