Konglomerat Bakal Kian Masif Investasi di Startup Tahun Depan

Muhammad Zaenuddin|Katadata
ilustrasi. Para konglomerat akan menganggap digitalisasi bisnis menjadi satu keharusan.
Editor: Agustiyanti
10/11/2021, 10.37 WIB

Sebelum ada pandemi corona, riset CLSA menunjukkan bahwa startup termasuk para unicorn bakal bertarung menggaet warung konvensional. Apalagi, pandemi mempercepat proses transformasi pola belanja masyarakat dari online ke offline (O2O). 

Kedua, sektor fintech. "Ini akan menjadi motor bagi konglomerat dalam meningkatkan frekuensi dan skalabilitas volume transaksinya," kata Edward.

Sektor fintech juga menjadi primadona investasi startup tahun ini. Laporan Scale PR menyebutkan, jumlah fintech Indonesia yang meraih pendanaan per kuartal II tumbuh 40,5% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy) dari 74 menjadi 104. 

Ketiga, bank digita. Pada tahun ini, sejumlah konglomerat di Indonesia seperti Salim Group, Emtek hingga Lippo Group memang sudah merambah bank digital lewat startup. Salim Group misalnya, masuk ke sektor bank digital lewat startup besutannya Youtap Indonesia. Startup digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini menggaet Bank Mandiri untuk menyediakan layanan finansial dan bank digital.  Keduanya menghadirkan pembayaran non-tunai lewat aplikasi digital banking Livin’ by Mandiri di seluruh gerai McDonald’s.

Kemudian Emtek merambah bank digital melalui Grab. Decacorn asal Singapura ini dikabarkan bersiap masuk ke bisnis digital di Tanah Air lewat Bank Capital. 

Sedangkan Lippo Group masuk ke sektor bank digital lewat OVO. Konglomerat ini merupakan salah satu pemilik saham di fintech bernuansa ungu itu.  OVO dikabarkan mengkaji investasi atau akuisisi bank digital. Selain itu, fintech ini masuk ekosistem Grab.  

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan