Grab memperkirakan, nilai transaksi bruto (GMV) meningkat 30% - 35% secara tahunan (year on year/yoy) per kuartal mulai April tahun ini. Decacorn asal Singapura ini juga menargetkan bisnis GrabFood mencapai titik impas EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tahun depan.
“Target peningkatan GMV 30% - 35% yoy setiap kuartal tergantung pada kondisi Covid-19,” kata Grab dalam keterangan resmi, Kamis (3/3).
Sedangkan pada kuartal I 2022, Grab memprediksi GMV layanan pengiriman seperti Grab Express dan GrabFood mencapai US$ 2,4 miliar hingga US$ 2,5 miliar. Lalu GrabBike dan GrabCar US$ 750 juta sampai US$ 800 juta.
Nilai pemrosesan total atau TPV Pra-InterCo layanan keuangan diramal US$ 3,1 miliar hingga US$ 3,2 miliar dalam tiga bulan awal tahun ini.
Grab menargetkan layanan GrabFood mencapai titik impas EBITDA atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi pada paruh pertama 2023. Begitu pun segmen pengiriman secara keseluruhan.
Mengutip dari jurnal Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Dasar Perencanaan Laba Bagi Manajemen, titik impas atau BEP adalah kondisi ketika operasional perusahaan tidak mendapat keuntungan maupun kerugian. Artinya, pendapatan dan biaya dalam kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol.
“Dalam jangka panjang, Grab menargetkan EBITDA yang disesuaikan dengan margin GMV 12 % untuk layanan GrabBike dan GrabCar, serta 3% lini pengiriman,” ujar perusahaan.
Chief Financial Officer Grab Peter Oey menyampaikan, perusahaan akan berhati-hati dan disiplin dalam mengalokasikan modal. “Kami menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari bisnis sesuai permintaan, periklanan, dan layanan keuangan,” kata dia.
"Kami tetap berfokus pada jalur menuju profitabilitas dan akan terus meningkatkan ekonomi setiap unit," tambah dia.
Secara keseluruhan, pendapatan Grab meningkat 44% yoy menjadi US$ 675 juta atau sekitar Rp 9,7 triliun sepanjang tahun lalu. Namun kerugiannya US$ 3,6 miliar atau setara Rp 51,8 triliun.
Kerugian itu mencakup US$ 1,6 miliar beban bunga non-tunai terkait dengan saham preferen yang dapat ditukarkan dan ditukarkan milik Grab yang dihentikan setelah pencatatan publik Grab. Selain itu, US$ 353 juta terkait pencatatan publik satu kali.
GMV Grab meningkat 29% yoy menjadi US$ 16,1 miliar atau sekitar Rp 231,6 triliun sepanjang tahun lalu. Rincian GMV sebagai berikut:
- Layanan pengiriman seperti Grab Express dan GrabFood tumbuh 56%
- Mobilitas seperti taksi dan ojek online turun 14%
- Jasa keuangan 37%
“Kami mempertahankan kepemimpinan kategori di semua vertikal inti dengan bisnis pengiriman makanan yang merupakan mayoritas di Asia Tenggara,” ujar Peter.
Pengguna yang bertransaksi per bulan turun 2% menjadi 24,1 juta. Sedangkan GMV per pengguna yang bertransaksi per bulan meningkat 31% menjadi US$ 666.
“Tahun lalu adalah tahun terkuat kami, bahkan saat menghadapi kondisi yang lebih berat dengan varian Delta dan Omicron. Kami mencapai pertumbuhan luar biasa baik dalam GMV maupun pendapatan sambil terus meningkatkan margin EBITDA yang disesuaikan dari tahun ke tahun,” kata Group CEO Anthony Tan.