Transaksi Grab Rekor Rp 56,9 Triliun, tapi Pendapatan Turun 9%
Grab mencatatkan nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) menyentuh rekor kuartalan yakni US$ 4 miliar atau sekitar Rp 56,9 triliun pada kuartal III. Namun pendapatan turun 9% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US4 157 juta atau setara Rp 2,2 triliun.
CEO Grab Group Anthony Tan menyampaikan, GMV meningkat 32% yoy. “Meskipun ada lockdown di Vietnam dan pembatasan yang meningkat di seluruh wilayah pada kuartal III karena Covid-19, kami menjalankan strategi superapp dengan baik dan menghasilkan pertumbuhan yang kuat,” kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (16/11).
Transaksi per lini bisnis Grab sebagai berikut:
- Pengiriman tumbuh 63% yoy menjadi US$ 2,3 miliar
- Mobilitas atau transportasi seperti taksi dan ojek online turun 30% menjadi US$ 529 juta
- Segmen layanan keuangan Grab mencetak rekor total payments volume (pre-InterCo) US$ 3,1 miliar atau meningkat 44%
- Inisiatif baru tumbuh 351% menjadi us$ 41 juta
Sedangkan pendapatan per lini bisnis Grab yakni:
- Pengiriman tumbuh 58% menjadi US$ 49 juta
- Transportasi online turun 26% menjadi US$ 88 juta
- Keuangan naik 11% menjadi $14 juta
- Inisiatif baru turun 37% menjadi US$ $7 juta
Secara keseluruhan, pendapatan Grab turun 9% menjadi US$ 157 juta karena lockdown di Vietnam. Nilai ini setelah dikurangi insentif konsumen, pedagang, dan mitra pengemudi.
Kemudian, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan di setiap lini bisnis Grab, sebagai berikut:
- Pengiriman meningkat US$ 1 juta menjadi negatif US$ 22 juta
- Taksi dan ojek online turun 26% menjadi US$ 64 juta
- Keuangan turun dari negatif US$ 58 juta menjadi minus US$ 76 juta
- Inisiatif baru turun US$ 4 juta menjadi US$ 1 juta
Secara grup, EBITDA yang disesuaikan negatif US$ 212 juta, turun US$ 85 juta dibandingkan tahun lalu dan naik US$ 2 juta dari kuartal II.
Kerugian Grab juga bertambah US$ 366 juta menjadi US$ 988 juta. Sebanyak US$ 748 juta di antaranya merupakan item non-tunai yang terdiri dari bunga yang masih harus dibayar atas saham preferen yang dapat ditukar dan ditukarkan, kompensasi berbasis saham, dan perubahan nilai wajar atas investasi.
Proporsi yang signifikan dari beban non-kas tersebut diperkirakan berhenti setelah kombinasi bisnis. Grab berencana merger dengan Altimeter Growth Corp. Prosesnya diharapkan selesai pada kuartal IV.
“Saat memasuki kuartal IV, kami melihat permintaan mobilitas kembali dengan kuat di negara-negara tertentu. Group Mobility GMV untuk empat minggu pertama kuartal IV 26% lebih tinggi dibandingkan periode sama kuartal III,” ujar Chief Financial Officer Grab Peter Oey.
Pengguna yang bertransaksi bulanan atau MTU turun 8% yoy. Ini akibat dari lockdown di Vietnam antara Juli dan September. Setelah normalisasi, Grab memperkirakan MTU tumbuh menjadi 24,8 juta.
Di lini bisnis pengiriman, GMV GrabMart tumbuh 380% yoy. Grab pun memperluas peran sebagai e-commerce enabler, terutama dalam pengiriman.
Pada November, Grab mengumumkan kemitraan dengan Lazada di Singapura. Kemudian di Indonesia dan Malaysia.
GrabMart juga menggaet Indomaret di Indonesia, Big C di Thailand, Lotus’s Malaysia, S&R di Filipina, dan Mega Market di Vietnam.
Pembelanjaan rata-rata per pengguna, yang didefinisikan sebagai GMV per MTU, meningkat 43% yoy.
Per 30 September, Grab memiliki likuiditas tunai $5,2 miliar atau meningkat US$ 1,5 miliar. Ini termasuk deposito berjangka, surat berharga, dan kas yang dibatasi penggunaannya.
Total utang terutang per 30 September US$ 2,2 miliar atau meningkat US$ 2 milia. Ini karena penutupan fasilitas pinjaman berjangka B US$ 2 miliar pada Januari.