Kitabisa Raih Modal Rp 74,9 Miliar dari IFC, Ekspansi Asuransi Syariah

gojek
Ilustrasi platform KitaBisa yang menampilkan kampanye penggalangan dana terkait pandemi Covid-19.
Editor: Lavinda
11/7/2022, 08.58 WIB

Perusahaan rintisan (Startup) urun dana, Kitabisa akan menerima investasi ekuitas US$ 5 juta atau sekitar Rp 74,6 miliar dari lembaga keuangan global International Finance Corporation (IFC). Melalui investasi itu, Kitabisa berencana ekspansi bisnis ke layanan asuransi dan syariah.

Rencana investasi IFC diketahui dari laman resmi mereka yang mencantumkan status menunggu persetujuan. Seperti diketahui, IFC merupakan lembaga keuangan global di bawah naungan Bank Dunia. Lembaga ini telah berinvestasi ke sejumlah startup di Indonesia, seperti eFishery, AnterAja, dan PasarPolis.

Bulan lalu, PT Bank KB Bukopin Tbk pun telah memperoleh pinjaman luar negeri dari IFC sebesar US$ 300 juta atau Rp 4,41 triliun.

Di Kitabisa, IFC menyebut, rencana investasinya dilakukan untuk memperluas jangkauan bisnis perusahaan. Pada lini bisnis syariah, Kitabisa akan memasukkan penawaran asuransi syariah dengan biaya terjangkau. Kemudian, produk asuransi akan menyasar segmen menengah ke bawah.

“Melalui model bisnis digital end-to-end, pengembangan produk yang unik dan terjangkau, serta fokus pada peningkatan kesadaran konsumen akan asuransi, Kitabisa akan mengatasi beberapa hambatan utama akses asuransi di Indonesia,” kata IFC dikutip dari Tech In Asia akhir pekan lalu (8/7).

Pada 2021, Kitabisa telah bekerja sama dengan startup asuransi PasarPolis untuk meluncurkan platform Kitajaga. Kitabisa juga bekerja sama dengan Asuransi Takaful Keluarga menghadirkan produk asuransi syariah yang di Indonesia dikenal dengan istilah tabarru.

Dengan tabarru, dana yang disetorkan oleh peserta asuransi syariah digunakan untuk membantu peserta lain jika terjadi risiko tertentu. Asuransi Takaful Keluarga bertindak sebagai pengelola dana yang dibeli melalui platform Kitajaga.

Sebelum meluncurkan Kitajaga, Kitabisa juga meluncurkan inisiatif Saling Jaga. Inisiatif gotong royong ini dicanangkan Kitabisa untuk membantu masyarakat mendapatkan bantuan kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menutup operasional Saling Jaga karena tidak memiliki izin asuransi. 

Kitabisa merupakan startup urun dana yang telah berdiri sejak 2013. Kini, Kitabisa telah memiliki 6 juta donatur dan melakukan 100 ribu penggalangan dana.

Startup urun dana ini mulai ramai digunakan sejak pandemi Covid-19. Kitabisa mencatat, pengumpulan dana terkait pandemi corona mencapai Rp 119,1 miliar dalam sebulan. Dana itu diperoleh dari 715 ribu donatur.

Bantuan yang banyak diberikan yakni berupa masker hingga alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis pada awal April 2020. Kemudian donasi untuk sembako dan sifatnya berupa makanan.

Co Founder Kitabisa.com Vikra Ijas mengatakan, selama masa pandemi banyak lembaga yang mengumpulkan donasi. Berbagai donasi yang terkumpul itu memperkuat anggapan tingginya tingkat kedermawanan orang Indonesia.

Pada 2018 lalu, Indonesia mendapat predikat sebagai negara yang paling dermawan di dunia, menurut survei yang dilakukan lembaga amal Inggris, Charities Aid Foundation (CAF). Dari survei tersebut, Indonesia berada diperingkat teratas dengan skor 59. Negara-negara maju berada di urutan selanjutnya, seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, dan Irlandia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan