Tokopedia Gelar Konferensi Teknologi untuk Atasi Defisit Ahli Digital

ilustrasi/Tokopedia
Tokopedia
15/7/2022, 16.58 WIB

Tokopedia akan menggelar konferensi teknologi tahunan yakni START Summit 2022 besok (16/7). Ini merupakan bagian dari upaya Tokopedia mengatasi defisit talenta digital di Indonesia.

START Summit 2022 kali ini merupakan yang ketiga kali digelar. Program ini pertama kali digelar pada 2020.

Dalam konferensi teknologi tahun ini, Tokopedia membawa tajuk "driving innovation at scale".

Head of External Communications Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, START Summit 2022 akan digelar secara online melalui berbagai kanal pada Pukul 09.00 - 16.15 WIB, Sabtu (16/7).

START Summit 2022 akan membahas berbagai topik terkait teknologi, seperti monitoring antarmuka pemrograman aplikasi atau API, machine learning, deteksi fraud hingga anatomi sistem search engine.

Masyarakat yang ingin bergabung bisa mendaftar secara gratis. "Kami saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan berbagai cerita. Tidak hanya dari Tokopedia tapi dari pelaku industri lain," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/7).

Ia mengatakan, START Summit merupakan bagian dari Tokopedia Academy. Program yang dirilis pada 2019 ini adalah wadah untuk mengedukasi calon talenta digital lokal dengan berbagai acara, seperti bootcamp hingga workshop.

Tokopedia Academy juga memberikan akses berupa video, artikel hingga podcast dengan topik bermacam-macam. Tema edukasinya teknologi dan data, produk hingga kepemimpinan.

Co-Founder sekaligus Vice Chairman Tokopedia Leontinus A Edison mengatakan, program tersebut dibuat untuk mengatasi masalah defisit talenta digital di Indonesia.

"Talenta digital adalah aset utama. Investasi kami jangka panjang. Kami percaya dibutuhkan talenta terbaik untuk mengembangkan produk dan layanan guna mempermudah masyarakat serta mendorong tumbuh kembang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal," katanya.

McKinsey dan Bank Dunia memang memperkirakan bahwa Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.

Riset Amazon Web Services (AWS) dan AlphaBeta juga menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan