Startup Indonesia Masif PHK dan Mengerem Bakar Uang

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Penulis: Lenny Septiani
21/9/2022, 11.29 WIB

Startup di Indonesia masif melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang terbaru yakni Shopee. Perusahaan rintisan juga mulai mengerem ‘bakar uang’.

Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, investor semakin selektif berinvestasi di startup. Mereka mencari perusahaan rintisan yang berfokus mendapatkan profitabilitas.

“Mencari yang bisa mengelola cash flow, tidak terlalu bakar uang," kata Eddi kepada Katadata.co.id, Rabu (21/9). "Dan ada pada jalur untuk mencapai profit.”

Di tengah mengetatnya likuiditas dari investor, sejumlah startup melakukan efisiensi. Shopee misalnya, mengumumkan PHK karyawan di Indonesia pada Senin (19/9).

Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menyampaikan, keputusan itu merupakan langkah terakhir yang harus ditempuh. Sebelumnya, perusahaan melakukan penyesuaian melalui beberapa perubahan kebijakan bisnis.

“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan keputusan yang sangat sulit,” kata Radynal dalam keterangan pers, Senin (19/9).

Ia menjelaskan, langkah efisiensi sejalan dengan fokus perusahaan secara global untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan. Keduanya merupakan komponen penting dalam menjalankan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini.

“Perusahaan akan berfokus ke pertumbuhan bisnis yang mandiri dan berkelanjutan. Kami ingin memperkuat dan memastikan operasional perusahaan stabil di situasi ekonomi saat ini,” tambahnya.

CEO induk Shopee yakni Sea Ltd Forrest Li mengatakan, investor beralih ke investasi yang aman di tengah situasi ekonomi sekarang ini. Sea Ltd pun berfokus mencapai arus kas positif sesegera mungkin, supaya bisa bertahan 12 sampai 18 bulan ke depan.

“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri,” ujar dia.

Valuasi induk Shopee tersebut anjlok dari di atas US$ 200 miliar pada Oktober lalu 2021 menjadi hanya US$ 27 miliar. Tahun lalu, bisnis Sea Ltd didukung oleh layanan gim dan e-commerce.

"Nada mereka tidak pernah lebih pesimistis (dari ini)," kata analis utama di DZT Research yang berbasis di Singapura Ke Yan. Menurutnya, strategi Sea Ltd menggunakan arus kas Garena untuk mengompensasi ‘bakar uang’ Shopee tidak berkelanjutan.

GoTo juga menggenjot efisiensi. Perusahaan hasil merger Gojek dengan Tokopedia ini, menggelontorkan biaya promosi kepada pelanggan Rp 3,73 triliun selama kuartal I atau meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,25 triliun.

Meski begitu, Presiden GoTo Patrick Cao mengatakan bahwa perusahaan menjalankan strategi efisiensi untuk menekan beban pengeluaran. Salah satu caranya menekan biaya distribusi dan promosi.

Selain itu, perusahaan memanfaatkan teknologi yang lebih baik untuk promosi kepada merchant.

"Kami akan terus mengefisienkan pengeluaran, kami akan terus membangun ekosistem yang erat, antara lain penyamaan rewards untuk konsumen," kata Patrick dalam paparan publik perusahaan, pada Juni (10/6).

Sedangkan tujuh startup lainnya mengonfirmasi melakukan PHK per awal Juli. Mereka adalah TaniHub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), dan Lummo.

Zenius bahkan melakukan PHK dua kali awal tahun ini.

Alasan Startup PHK dan Mengerem Bakar Uang

Eddi menilai, startup harus mengambil langkah untuk menghemat dana yang dimiliki. Hal ini karena investor semakin selektif memberikan pendanaan.

“Dengan cara efisiensi, termasuk PHK,” kata Eddy beberapa waktu lalu. “Investor apresiasi pendiri yang berani mengambil langkah untuk bertahan.”

Sedangkan Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengungkapkan tiga penyebab startup PHK, yaitu:

1. Perubahan atau pivot ke bisnis model baru sehingga komposisi tim berubah

2. Performa karyawan tidak sesuai dengan yang diharapkan, salah menyasar pasar, salah produk, salah promosi, dan lainnya

“Ini bisa terjadi ke startup mana pun,” ujar Edward kepada Katadata.co.id, pada Agustus (5/8).

3. Proyeksi kondisi winter dari sisi investasi dan runway belum masuk dalam proyeksi arus kas (cashflow)

“Ini biasanya terjadi pada startup yang sudah lebih besar,” katanya. Runway adalah waktu yang dimiliki oleh perusahaan rintisan sebelum kehabisan uang.

Meski begitu, "tidak ada ‘musim dingin’ di Indonesia. Ini siklus," kata Partner East Ventures Melisa Irene dalam acara Roundtable: What Lical Startup and Investors Should Think About 2022 and Beyond, pekan lalu (15/9).

Menurut Melisa, ekonomi Indonesia dalam situasi yang baik. "Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih bertumbuh, kondisi makro baik, dan daya beli konsumen cukup baik," katanya.

Oleh karena itu, ia optimistis dana dari investor masih akan masuk ke Nusantara. Namun, penanam modal selektif dalam menyalurkan dananya.

Sepengetahuannya, semua investor berpikir untuk berinvestasi kepada startup yang benar-benar bagus dan menunjukkan peningkatan kinerja. Sebab, perusahaan seperti ini akan bertahan.

Reporter: Lenny Septiani