Shopee mengumumkan pemutusan hubungan kerja atau PHK di Indonesia pada pekan lalu (19/9). Grab pun berhati-hati merekrut pekerja karena khawatir terhadap ancaman resesi.
“Grab khawatir akan resesi global. Sangat berhati-hati dan bijaksana tentang perekrutan apa pun,” kata Chief Operating Officer Alex Hungate dikutip dari Reuters, Senin (26/9).
Selain itu, Grab mengekang ambisinya di layanan keuangan. “Hasilnya, Grab tidak sampai pada titik ‘putus asa’ sampai harus menghentikan sementara perekrutan atau PHK,” tambah dia.
Dia bercerita, Grab melakukan reorganisasi khusus selama sekitar enam bulan. Decacorn Singapura ini berfokus merekrut karyawan di bidang data science, teknologi pemetaan, dan bidang khusus lainnya.
“Meskipun setiap perekrutan adalah keputusan yang jauh lebih besar daripada sebelumnya,” kata Pria berusia 56 tahun itu. "Anda ingin memastikan bahwa kami menghemat modal. Tantangan dalam merekrut pasti meningkat."
Grab yang berusia satu dekade memiliki sekitar 8.800 staf pada akhir tahun lalu. Perusahaan yang telah melantai di bursa saham New York ini mengalami peningkatan transaksi, terutama pada layanan pesan-antar makanan selama pandemi corona.
Saat kasus Covid-19 menurun, permintaan layanan pesan-antar makanan berkurang, sementara berbagi tumpangan (ride hailing) pulih. Namun, kondisi ini justru tak mampu membuat valuasi Grab bangkit.
Kapitalisasi pasar Grab anjlok dari sekitar US$ 40 miliar saat IPO menjadi US$ 10,59 miliar hari ini (26/9) menurut data YCharts.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Hungate mengatakan bahwa Grab berfokus pada layanan yang lebih menguntungkan. Salah satu caranya, mereorganisasi divisi layanan keuangan.
“Kami benar-benar memperketat niat strategis dalam layanan keuangan. Kami menggenjot layanan pembayaran, dompet digital, dan pinjaman keuangan non-bank cukup signifikan di luar platform dan di platform kami," kata Hungate.
Grab mereorganisasi unit fintech tahun ini untuk fokus pada area yang lebih menguntungkan. Beberapa eksekutif senior pun keluar dari perusahaan.