Startup di Indonesia masif melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK tahun ini. Investor dari kalangan modal ventura menilai, hal ini karena adanya kombinasi dari faktor ‘investment winter’ dan ancaman resesi ekonomi global.
Hal itu diamini oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate. “Sektor ekonomi digital harus waspada dan mengambil peran penting untuk terus mendorong roda perekonomian,” kata dia saat membuka Demo Day HUB.ID Accelerator di Jakarta, Jum’at (7/10).
Kominfo pun menggelar sejumlah program akselerasi startup di tengah ancaman resesi ekonomi global dan seretnya pendanaan. Kali ini, kementerian membuka HUB.ID Accelerator.
Sebanyak 24 startup yang terpilih akan mendapatkan serangkaian pendampingan seperti monitoring, business matchmaking, startup gathering, promotional roadshow, dan networking season.
Program HUB.ID juga digelar tahun lalu. Sebanyak tujuh startup yang mengikuti kegiatan ini bahkan memperoleh pendanaan US$ 17,5 juta.
Selain HUB.ID, Kominfo membantu perusahaan rintisan melalui beragam program seperti Startup Studio Indonesia (SSI). Startup yang lolos selama batch 1 hingga 3 memperoleh investasi Rp 332,1 miliar.
Tren Startup PHK Berlanjut?
Setidaknya ada sembilan startup di Indonesia yang mengonfirmasi PHK karyawan tahun ini. Mereka yakni TaniHub, Zenius, LinkAja, Pahamify, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), Lummo, Shopee, dan yang terbaru Xendit
Zenius bahkan melakukan PHK dua kali tahun ini.
Alasan PHK rerata karena faktor makro-ekonomi. “Situasi makro ekonomi yang tidak menentu saat ini memaksa kami melakukan rightsizing struktur dan sumber daya tim,” kata Chief Operating Officer Xendit Tessa Wijaya kepada Katadata.co.id, Selasa (4/10).
“Hal ini didasarkan pada strategi bisnis yang progresif melihat situasi ke depan, dan telah melalui pertimbangan komprehensif untuk memastikan bahwa kami siap menghadapi tantangan dan peluang di masa depan,” tambah dia.
Ia menegaskan bahwa rightsizing tim merupakan keputusan yang sangat sulit. Namun PHK tetap harus diambil untuk optimalisasi posisi Xendit dalam jangka pendek dan panjang.
“Sekitar 5% dari tim di Indonesia dan di Filipina terkena dampak dari keputusan ini,” ujar Tessa.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menilai, maraknya startup PHK karena investment winter dan ekonomi global yang kurang kondusif.
Investment winter yang dimaksud yakni investor semakin selektif memberikan pendanaan.
“(Kondisi itu) membuat para tech startup mempersiapkan cash-flow (atau runway) yang lebih baik dan lebih lama dibandingkan dalam kondisi bullish,” kata Edward kepada Katadata.co.id, Rabu (5/10).
Dalam konteks startup, runway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan.
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan bahwa resesi ekonomi global, jika benar terjadi, dapat berdampak pada traction atau pendapatan startup.
Oleh karena itu, banyak perusahaan rintisan menggenjot efisiensi. “Langkah efisiensi bermacam-macam. Tidak hanya PHK,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Rabu (5/10).
Menurutnya startup harus pintar dalam mengelola cash flow. Terlebih lagi, investor semakin selektif berinvestasi di startup yang berfokus mendapatkan profitabilitas.
“Mencari yang bisa mengelola cash flow, tidak terlalu bakar uang," kata Eddi kepada Katadata.co.id, pekan lalu (21/9). "Dan ada pada jalur untuk mencapai profit.”